Melasti, Hilangkan Kekotoran Diri dan Semesta
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Menjelang Hari Raya Nyepi, umat Hindu Bali melakukan upacara Melasti. Upacara Melasti, biasanya dilakukan antara empat atau tiga hari sebelum Nyepi. Apa sesungguhnya makna melasti? Melasti adalah upacara yadnya yang bermakna untuk menghilangkan kekotoran diri, meningkatkan keheningan pikiran, dan juga dilaksanakan untuk kesucian jagat raya.
Ini yang disimbolisasikan dengan labuhan sesaji atau upacara yadnya ke laut serta menyucikan seluruh arca, pratima, nyasa, pralingga sebagai wujud atau sthana Ida Sang Hyang Widi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa dengan segala manifestasi-Nya.
Melasti dalam Babad Bali, disebutkan merupakan rangkaian dari hari raya Nyepi. Melasti juga disebut melis atau mekiyis. Bertujuan untuk melebur segala macam kekotoran pikiran, perkataan dan perbuatan, serta memperoleh air suci (angemet tirta amerta) untuk kehidupan yang pelaksanaannya dapat dilakukan di laut, danau, dan pada sumber / mata air yang disucikan.
Bagi pura yang memiliki pratima atau pralingga seyogyanya mengusungnya ke tempat patirtan tersebut di atas. Pelaksanaan secara ini dapat dilakukan beberapa hari sebelum tawur.
Akademisi Hindu I Ketut Wiana mengatakan, dalam lontar Sang Hyang Aji Swamandala disebutkan “Melasti ngarania ngiring prewatek Dewata, anganyutaken laraningjagat, papa kiesa, letuhing bhuwana” . Maksudnya, melasti meningkatkan bakti kepada para dewata manifestasi Tuhan, agar diberi kekuatan untuk menghanyutkan penderitaan masyarakat, menghilangkan papa klesa atau kekotoran diri dan kekotoran alam semesta.
Sedangkan tujuan melasti seperti yang tersurat dalam lontar Sundarigama adalah ngamet sarining amertha kamandalu ring telenging segara-mengambil sari-sari kehidupan yang disebut tirtha kamandalu (air sumber kehidupan) di tengah samudera.
“Ngiring prawatek dewata” dalam lontar Sang Hyang Aji Swamandala itu mengandung makna bahwa ciri utama orang beragama adalah berbakti kepada Tuhan (Ida Sang Hyang Widi). Dalam konteks itu, umat diharapkan mampu menguatkan daya spiritual untuk menajamkan kecerdasan intelektual. Hal itu dijadikan dasar untuk menguatkan kepekaan emosional dan melahirkan kepedulian sosial.
Anganyutaken laraning jagat artinya, dengan kuatnya srada dan bakti kepada. Tuhan, kepedulian sosial ümat bisa meningkat, Anganyutaken papa klesa maksudnya agar umat termotivasi untuk mengatasi lima kekotoran individu yang disebut panca klesa—awidya, asmita, raga, dwesa dan abhiniwesa.
Sedangkan anganyutaken letuhing bhuwana maksudnya melalui ritual melasti umat diharapkan termotivasi untuk menghilangkan kebisaan buruk merusak sumber daya alam. Jika kebiasaan buruk ini terus dibiarkan, alam akan rusak (letuhing bhuwana) yang pada gilirannya manusia akan menderita.
Melasti berasal dari kata lasti. yang artinya menuju air. Dalam konteks prosesi melasti, umat bisa mendatangi segara (laut), danau dan campuan (pertemuan dua buah sungai). Tujuannya, nunas (mohon) tirta amertha dan menghanyutkan kekotoran dunia.
Melasti ngarania ngiring prewatekan pralingga Ida Batara ke telengin samudera angamet tirta amerta (tirta sanjiwani), anganyutaken laraning jagat, paklesa letuhing bhuwana. Artinya, umat ngiring Ida Batara ke segara mengambil Tirta Amerta dan menghanyutkan segala penderitaan umat, segala sesuatu yang menyebabkan dunia atau alam semesta ini kotor.
Secara simbolik, sesungguhnya umat diingatkan untuk selalu membenahi diri supaya menjadi lebih baik, dengan menghilangkan atau menghanyutkan perilaku atau sifat-sifat buruk yang melekat dalam diri.
Reporter: bbn/psk