search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
250 Seniman Tampil di Bali Tolak Reklamasi Art Event
Jumat, 13 Maret 2015, 00:00 WITA Follow
image

bbn/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Gelombang penolakan rencana reklamasi Teluk Benoa seluas 700 hektar oleh investor PT.TWBI (PT. Tirta Wahana Bali International) kian membesar. Sebelumnya ratusan Sekehe Teruna (STT), Banjar, Desa, komunitas menyuarakan penolakan dengan mendirikan baliho. Bahkan protes tersebut juga gencar dilakukan di sosial media, menuntut pencabutan Perpres 51 tahun 2014  yang ditandatangani oleh presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 30 Mei lalu.
 
Kini suara protes itu kembali disuarakan 250 seniman, puluhan STT, Banjar, Komunitas, dan perhimpunan mahasiswa melalui acara bertajuk “Bali Tolak Reklamasi Art Event” yang di gelar Minggu (19/10/2014) di Pantai Padang Galak, Kesiman. Event yang diselenggaran oleh Sekehe Teruna Teruni Yowana Darma Kretih Banjar Kedaton, Desa Kesiman Petilan ini akan 250 seniman yang terdiri dari musisi, penyair, kelompok teataer, street artist, digital artist, perupa, penari dan lainnya.

Agung Anom, selaku tim produksi membeberkan, acara ini adalah murni gerakan kolektif dari partisapasi seniman, STT, Komunitas dan lainnya. dibuatnya acara ini sebagai tonggak perlawana  para seniman yang menolak adanya proyek reklamasi Teluk Benoa.
 
Ia menjelaskan, dalam acara tersebut, akan ada berbagai pagelaran seni tradisional dan modern dengan menyediakan tiga panggung besar. Diantaranya panggung utama berukuran 8 x 12 meter didukung  sound sytem berkekuatan 40.000 Watt. Panggung terbang, dan panggung yang ditempatkan di pinggir laut.
 
“Semua perlengkapan murni sumbangan dari kawan-kawan, kita semua yang terlibat di acara ini urunan. Kita juga ada dua mobil truck yang akan dipakai sebagai instalasi.  Kita juga membuat stand makanan, dan stand informasi tentang penolakan reklamasi.” jelasnya saat menggelar jumpa media Jumat (17/10) di Antida Soundgarden, kesiman, Denpasar.
 
Pria yang juga pemilik Antida Soundgarden mengungkapkan, acara akan dimulai pukul 11.00 diawali dengan parade gebogan daur ulang. Dimana bahan-bahannya dibuat dari sampah plastik, parade Beleganjur, serta festival layangan. “Untuk parade nantinya akan di organize oleh sekehe teruna-Teruni, dan tentunya melibatkan puluhan STT yang selama memang tegas menyatakan sikap terhadap penolakan reklamasi.” imbuhnya.
 
Sementara itu, Ketua STT Banjar Kedaton, Kesiman Petilan, Anak Agung Ngurah Sudianta Yuda mengatakan, diadakan acara ini sebagai bentuk protes warga bali yang tak setuju dengan reklamasi Teluk Benoa. Ia pun sangat menyayangkan, hingga kini asprirasi warga Bali belum di dengar oleh para pemimpin.
 
“kami generasi muda yang tinggal dan hidup di Bali sudah sangat resah dengan kondisi bali kini, apalagi dengan adanya proyek rekamasi dengan berbagai iming-imingnya yang tak menyilaukan kami. Kami hanya ingin Bali tetaplah Bali yang indah karena alam dan lingkungan. Bukan gedung bertingkat atau mall,” ungkapnya.

Anggota Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa (ForBALI) Suriadi Darmoko mengungkapkan,  digelarnya acara ini adalah salah satu titik akumulasi dari gerakan penolakan reklamasi yang dibangun selama ini oleh berbagai elemen masyarakat. Mulai dari aktivis lingkungan, musisi, STT, komunitas, dan mahasiswa.
 
“Ini adalah komulasi dari gerakan tolak reklamasi, dari berbagai elemen masyarakat, ini bentuk partisipasi masyarakat, semua orang terlibat di acara ini untuk bergerak bersama-sama menyuarakan tolak reklamasi.” ucapnya, sembari menambahkan acara ini adalah salah satu cara menyampaikan aspirasi kepada presiden terpilih secara terbuka. “Dari Bali kita sampaikan melalui event ini. Semoga dari Bali Jokowi mendengar dan segera mencabut Perpres 51 tahun 2014,”harapnya.
 
Sedangkan Adi dari tim popular ForBALI menyatakan, dengan menggunakan media seni dalam menyampaikan protes adalah cara yang paling efektif, seni dan aktivisme berjalan beriringan. Dengan diadakan event besar ini diharapkan bisa membentuk kesadaran social masyarakat.

 

 “Acara ini murni dan non politik, tujuan untuk membentuk kesadaran social, karena kita sebagai seniman tidak larut dengan kehidupan hedon, tapi kita harus sadar apa yang terjadi di lingkungan sekitar. Sampai sekarang gerakan ini semakin membesar, dan kami tidak akan pernah mundur dan berhenti menyuarakan pnolakan reklamasi Teluk Benoa,” tutup pria yang juga personel band The Hydrant ini.
   

Reporter: bbn/rls



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami