search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Apa Risikonya Menjadi Seorang Lesbian?
Minggu, 24 Juni 2018, 12:00 WITA Follow
image

beritabalicom/ist/Apa Risikonya Menjadi Seorang Lesbian?

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Tanya : “Dok, aku pernah beberapa kali pacaran dengan cowok, tetapi kok aku tidak menikmatinya, termasuk saat berhubungan seksual. Aku sekarang dekat dengan seorang cewek teman sekantor.

Bersamanya aku menikmati rasa sayang dan ada kenikmatan saat bercinta yang berbeda dan lebih dari yang sudah-sudah. Apakah menjadi lesbian tidak berisiko, Dok?” (Debby, Bekasi, 23th)

Jawab: Seseorang disebut berorientasi seksual homoseksual kalau hanya tertarik dan terangsang terhadap sesama jenis kelaminnya dan malah kurang tertarik dan tidak terangsang terhadap lawan jenis.

Akibatnya, tidak tertarik untuk melakukan hubungan seksual dengan lawan jenis. Pada pelaku yang sesama perempuan, lebih dikenal dengan istilah lesbian

Cinta sejenis seperti ini, sesungguhnya adalah lebih ke permasalahan pilihan hidup atau orientasi. Hanya saja, pelakunya sering kali merasa tidak berani terbuka dan kadang tidak nyaman karena menjadi berbeda dengan orang banyak.

Akan terlihat menjadi aneh dan dicap mengalami kelainan oleh masyarakat banyak jika ketahuan, sehingga lebih banyak yang menyembunyikan orientasi seksualnya ini. Keinginan itu dapat hilang sama sekali atau tidak, sangat tergantung kepada apa penyebabnya tadi. 

Apakah cinta sejenis ini berisiko? Sesungguhnya risikonya sama saja dengan hubungan cinta yang biasa, akan dapat muncul problem psikis dan emosional dari hubungan ini dan risiko medis seperti infeksi ringan hingga infeksi menular, jika dilakukan berganti pasangan.

Pasangan lesbian biasanya melakukan hubungan seksual dengan melakukan oral seks dan petting (menggesek-gesekkan kelamin atau bercumbu berat). Jangan salah, oral seks dan petting juga bisa memunculkan luka lecet atau mikrolesi yang menjadi jalan masuk virus, jamur maupun bakteri yang diidap oleh salah satu pihak diantaranya.

Lalu, jika ada yang berniat buat meninggalkan aktivitas cinta sejenis, apa bisa? Kalau penyebabnya "hanya" karena pengaruh lingkungan, keadaan ini dapat diatasi. Selama ada kemauan kuat, pengaruh lingkungan juga bisa dikendalikan dan tetap berupaya mengontrol keinginan untuk konsisten tidak mencoba hubungan dengan sesama jenis. 

Sebaliknya, jika seandainya ingin dilanjutkan, apa bisa? Bisa saja, selama lingkungan sekitarnya tidak mempermasalahkan dan pelakunya tidak merugikan pihak lain. Karena saat ini sudah makin banyak masyarakat yang bisa tetap toleransi dan lebih menerima perilaku homoseksual

Seorang lesbian, tetap bisa sukses di profesi masing-masing yang digelutinya. Ada yang menjadi seniman, penyiar televisi, pengusaha, ataupun pekerjaan sukses lainnya.

Bahkan di banyak negara saat ini ada kecenderungan perilaku homoseksual sudah bukan lagi sebuah aib, sebaliknya banyak yang kemudian muncul sebuah trend, akibat banyaknya artis yang secara eksplisist menunjukkan kehomoseksualan mereka.

Karena cinta sejenis sesungguhnya lebih tepat adalah sebuah pilihan. Sekarang tinggal bagaimana kita menyikapinya. It`s your choice.

Reporter: bbn/psk



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami