Kejar Mutu Terbaik, 30 Petani Sulbar Belajar Budidaya Kakao di Jembrana
Kamis, 12 Juli 2018,
08:00 WITA
Follow
IKUTI BERITABALI.COM DI
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, JEMBRANA.
Beritabali.com.Jembrana, Untuk mengejar mutu terbaik kakao Jembrana, 30 petani kakao asal Sulawesi Barat (Sulbar) khususnya dari Kabupaten Poliwali Mandar belajar tentang budidaya dan fermentasi kakao di Jembrana.
[pilihan-redaksi]
Petani kakao tersebut mengunjungi dua objek kunjungan yaitu di Kebun Coklat Made Sugandi di Pasatan Desa Pohsanten, dan Kebun Coklat I Ketut Agus Suardikayasa di Berawantangi, Tukadaya, Melaya Rabu (11/7). Yang menarik adalah Kabupaten Poliwali Mandar merupakan kabupaten penghasil Kakao terbesar di Indonesia.
Petani kakao tersebut mengunjungi dua objek kunjungan yaitu di Kebun Coklat Made Sugandi di Pasatan Desa Pohsanten, dan Kebun Coklat I Ketut Agus Suardikayasa di Berawantangi, Tukadaya, Melaya Rabu (11/7). Yang menarik adalah Kabupaten Poliwali Mandar merupakan kabupaten penghasil Kakao terbesar di Indonesia.
“Kami mendapat informasi jika ingin belajar tentang pemasaran, budidaya, peningkatan mutu kakao itu ada di Jembrana. Kami juga mencari informasi dari berbagai sumber, jika kakao dengan mutu terbaik ada di Jembrana. Untuk itu kami datang ke sini” ujar Samsul Bachri, Ketua Rombongan.
Menurut Samsul di Sulbar ada dua kabupaten yang merupakan sentra penghasil kakao nasional yaitu Polewali Mandar dan Mamuju dengan totalan luas lahan kakao kurang lebih 14.000 hektar. “Namun dari segi kualitas memang masih berbeda. Jika disana harga kakao per kilogramnya kisaran 29 ribu per kilogramnya” imbuhnya
Haji Satar yang merupakan salah satu petani Kakao asal Desa Tapango, Kecamatan Tapango, Polewali Mandar mengatakan rasa syukurnya bisa berkunjung ke Jembrana. Dari kunjungannya, bisa mendapat banyak tambahan pengetahuan yang sangat bisa di terapkan di lahan miliknya.
“Disini kami melihat pertaniannya sudah menjurus ke organik. Kami juga dapat ilmu bagaimana memperlakukan tanaman, penyortiran biji kakao dan banyak lagi. Teknologinya sangat memungkinkan kita terapkan. Harapannya bisa menjadikan mutu kakao kami lebih baik, dimana di tempat kami harganya kisaran Rp29–30 ribu per kg, sedangkan harga kakao Jembrana bisa mencapai Rp 50rb per kg,” ungkapnya.
[pilihan-redaksi2]
Sementara itu Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian Dan Pangan Jembrana, Komang Ariada menyatakan kesusksesan para petani kakao di Jembrana tidak lepas dari dukungan penuh dari Bapak Bupati, Wakil, Pertanian Dan Pangan Jembrana dan Yayasan Kalimajari.
Sementara itu Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian Dan Pangan Jembrana, Komang Ariada menyatakan kesusksesan para petani kakao di Jembrana tidak lepas dari dukungan penuh dari Bapak Bupati, Wakil, Pertanian Dan Pangan Jembrana dan Yayasan Kalimajari.
“Fokus kami memang selalu mempertahankan mutu kakao untuk jadi yang terbaik. Kami menyadari sejumlah buyer seperti Perancis sangatlah selektif dalam memilih kakao. Tidak hanya satu sample, mereka mencari sample hingga 16 titik” papar Ariada.
Dikarenakan mutu yang baik, tentunya harga pun akan berbeda menyesuaikan mutunya. Untuk kakao Jembrana yang fermentasi bisa mencapai 50rb/kg. “Kami disini mengejar mutu sesuai dengan keinginan buyer (pembeli). Untuk kakao Jembrana memang memiliki profil aromatic dan kandungan lemak kakao terbaik. Karena kualitas itulah kita mendapatkan Sertifikat UTZ. Hal tersebut juga didukung dengan tekstur tanah dan perawatan yang sangat baik” pungkasnya.(bbn/Jim/rob)
Berita Jembrana Terbaru
Reporter: -