search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Ni Wayan Ranten, Menjadi Seniman Arja Karena Tertarik Pada Pupuh.
Jumat, 20 Juli 2018, 16:25 WITA Follow
image

istimewa

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Beritabali.com, Denpasar. Wajah keriputnya dihiasi dengan polesan riasan khas kesenian arja. Usia senja bukanlah kendala untuk tetap belajar dan berkarya. “Yang bikin saya tertarik pada arja yakni pupuhnya dan saya sudah dari tahun 1968 bergelut dengan arja,” tutur  seniman arja Ni Wayan Ranten yang akrab dengan sapaan Jro Ratna.

Meski usianya tak muda lagi, namun semangatnya bergelut dengan arja tak pernah surut. Demi mendalami seni arja, Jro Ratna sempat belajar ke Singapadu. “Karena saking sukanya saya mencari guru di Singapadu yaitu Pak Kredek dan Betara Dewa Gung,” ujar Jro Ratna menggebu-gebu.

Masih menempel diingatan Jro Ratna bahwa dirinya dulu hanya tergabung dalam rombongan sekaa arja ‘Bon Bali’ hingga akhirnya pernah mengecap menjadi arja di RRI Bali. “Saya dapat peran Galuh dan akhirnya saya bekerja di RRI,” ungkap Jro Ratna di sela-sela pementasan arja klasik di kalangan Ayodya, Taman Budaya, Denpasar, Kamis malam (19/7).

Jro Ratna yang tampil dalam Pesta Kesenian Bali ke-40 tentunya tidak sendiri. Dalam naungan Sanggar Arsa Ratna Swari Banjar Abian Kapas Kaja, Desa Sumerta, Kota Denpasar, Jro Ratna dan kawan-kawan mempersembahkan sebuah garapan arja yang bertajuk Gni Smara. Gni Smara sendiri adalah sebuah kisah kesenian arja yang mengisahkan tentang Prabu Jenggala yang beristri dengan Galuh Daha melalui sebuah sayembara.

Saat Prabu Jenggala pergi ke pertapaan, Galuh Daha pun hendak diganggu oleh raja jahat yang bernama Prabu Menaung. Namun kesetiaan Galuh Daha terhadap Prabu Jenggala, membuat Prabu Menaung pun menyerah ingin merebut Galuh Daha. “Jadi dalam cerita ini kesetiaanlah menjadi pegangan kuat dalam kehidupan,” ujar Jro Ratna bijak.

Persiapan yang dilakukan sebelum tampil di Kalangan Ayodya Taman Budaya, Denpasar hanya 3 (tiga) kali latihan. Jro Ratna berharap agar anak muda memiliki semangat yang membara dalam melestarikan kesenian Bali khususnya arja. “Saya dan teman-teman sudah tua, jadi saatnya generasi muda untuk tampil dan belajar mengenai arja dengan pakem yang benar,” ucap Jro Ratna tersenyum.[bbn/rls/mul]

Reporter: bbn/rls



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami