search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Menengok Upacara Usabe Carik di Desa Abang, Para Petani Subak "Ngedum Be Guling"
Jumat, 5 April 2019, 13:00 WITA Follow
image

beritabali.com/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, KARANGASEM.

Beritabali.com, Karangasem. Upacara Usabe tentunya tidak asing lagi bagi umat hindu di Bali pada umumya, hampir di setiap Desa Adat memiliki upacara usabenya tersendiri.
 
[pilihan-redaksi]
Seperti di Desa Abang, Kecamatan Abang, Karangasem juga ada upacara Usabe yang tak kalah uniknya yaitu Usabe Carik. Maknanya hampir sama dengan upacara usabe di tempat lainnya yaitu sebagi ungkapan rasa syukur kepada tuhan dengan harapan agar hasil panen padi di sawah atau 'Carik' dalam bahasa Bali melimpah ruah. 
 
Sesuai dengan namanya, Usabe carik sendiri berlangsung di areal Persawahan Desa Abang Kelod, Karangasem dilaksanakan setiap tanaman padi mulai berbuah. Upacara ini diikuti oleh sekitar 100 orang petani yang tergabung dalam dua Subak (semacam orgamisasi khusus petani) yaitu Subak Andong dan Subak Butuk. Dalam prosesnya, prosesi Ngusaba Carik ini diawali dengan mempersiapkan segala perlengkapan upakara banten dengan sarana uatama yang dipergunakan yaitu guling babi.
 
Dalam pelaksanaan ritualnya, Usabe Carik ini dilakukan di dua tempat berbeda yaitu di masing masing pura kedua Subak tersebut yang tentunya berada di areal persawahan. Setelah ritual dijalankan tibalah waktu yang dinanti yaitu tradisi "ngedum" (membagi) daging babi guling kepada seluruh anggota Subak. 
 
Tradisi ngedum be Guling ini dilakukan setelah upacara selesai atau setelah guling babi tersebut menjadi lungsuran. Menurut salah seorang petani anggota Subak, Nyoman Darsani upacara usabe ini juga sebagai bagian dari konsep "Tri Hita Karana" yang mencangkup tiga unsur yaitu Palemahan (alam), Pawongan (mahluk hidup) dan Parahyangan (Tuhan). 
 
[pilihan-redaksi2]
Kaitannya dengan upacara ini yakni warga subak adalah pawongan, areal persawahan sebagai areal palemahan yang dimanfaatkan warga untuk bercocok tanam dan Pura Bedugul sebagai konsep parahyangan untuk memohon berkah tuhan melalui manifestasinya sebagai Dewi Sri sebagai simbol sumber kemakmuran.
 
Sementara itu Kepala Desa Abang, I Nyoman Sutirtayana juga mengatakan hal yang sama, selain ungkapan rasa syukur serta memohon berkah, tradisi ini juga terus dijaga dan dilaksanakan turun temurun untuk menjaga kestabilan alam skala niskala di lingkungan tersebut.
 
"Tradisi ini sudah berlangsung secara turun temurun dan rutin dilaksanakan menjelang padi berbuah," ujarnya. (bbn/igs/rob)

Reporter: -



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami