search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Waspadai Virus Cacar Monyet Sebelum Memutuskan Pergi ke Singapura
Senin, 13 Mei 2019, 10:15 WITA Follow
image

bbn/ilustrasi/pixabay

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DUNIA.

Beritabali.com, Singapura. Jika Anda ada rencana berpergian ke Singapura, nampaknya perlu diwaspadai adanya virus Monkeypox atau yang biasa disebut cacar monyet karena telah terindikasi pasien pertama di negara itu warga negara Nigeria, berusia 38 tahun, yang tiba di Negeri Singa tersebut pada 28 April lalu.
 
[pilihan-redaksi]
Seperti dikutip dari Liputan6.com, si pasien dilaporkan positif terjangkit virus penyakit tersebut pada Rabu 8 Mei 2019, menurut Kementerian Kesehatan (MOH).
Dalam sebuah siaran pers MOH tertanggal Kamis 9 Mei 2019, pasien saat ini dalam kondisi stabil dan tengah dikarantina di National Centre for Infectious Diseases (NCID) Singapura.
 
Kementerian Kesehatan Negeri Singa menggarisbawahi bahwa kasus ini adalah pertama kali di negaranya, sebagaimana dikutip dari Channel News Asia pada Jumat (10/5/2019).
 
"Pasien melaporkan sebelum kedatangannya di Singapura, ia sempat menghadiri pernikahan di Nigeria. Ia mungkin telah mengkonsumsi daging binatang liar (di pernikahan itu), yang bisa menjadi sumber penularan virus monkeypox," kata MOH.
 
Sang pasien diketahui telah tinggal di Hotel 81 Orchid, 21 Lorong Geylang, sebelum dirawat di rumah sakit. Ia juga sempat menghadiri sebuah lokakarya di Jalan 3 Church, Singapura pada 29-30 April.
 
Pada 30 April itu, ia mengalami demam, nyeri, kedinginan, dan ruam kulit kata kementerian. Ia kemudian berada di dalam hotelnya pada 1-7 Mei 2019. Sang pasien kemudian di bawa ke Rumah Sakit Tan Tock Seng dengan ambulans pada 7 Mei, dan dirujuk ke NCID pada hari yang sama.
 
Monkeypox adalah penyakit langka yang disebabkan oleh virus, ditularkan ke manusia dari hewan terutama di Afrika tengah dan barat. Proses perpindahan virus terjadi saat seseorang melakukan kontak dekat dengan hewan yang terinfeksi seperti tikus.
 
Penularan "dari manusia ke manusia", dapat terjadi karena adanya kontak dekat dengan sekresi saluran pernapasan penderita. Selain itu, bisa pula disebabkan karena terkontaminasi oleh cairan pasien yang terinfeksi.
 
Gejala monkeypox termasuk di antaranya adalah demam, sakit, pembengkakan kelenjar getah bening, serta ruam kulit. Hal ini dapat menyebabkan komplikasi serius seperti pneumonia atau bahkan kematian dalam beberapa kasus.
 
Kementerian Kesehatan Singapura telah memeriksa 23 orang yang sempat memiliki kontak dekat dengan pasien. Mereka termasuk 18 orang yang menghadiri lokakarya, satu staf acara tersebut, serta empat karyawan hotel.
 
"Mereka yang berkontak dekat dengan pasien telah diidentifikasi oelh NCID dan ditawarkan vaksinasi, yang dapat mencegah pernyakit itu atau mengurangi keparahan gejala," kata MOH.
 
"Sebagai tindakan pencegahan, mereka akan dikarantina dan dipantau selama 21 hari sejak tanggal paparan ke pasien," lanjut sumber yang sama.
 
Dari mereka yang diperiksa, hingga saat ini tidak ada yang menunjukkan gejala virus monkeypox.
 
Risiko Menyebar di Singapura
 
Direktur eksekutif NCID, Leo Yee Sin, mengatakan penyakit itu untuk memiliki risiko yang rendah untuk menyebar di Singapura.
 
"Tidak ada bukti bahwa penularan dari manusia ke manusia saja dapat menyebabkan infeksi monkeypox pada manusia" kata Leo.
 
Ia menambahkan, rata-rata setiap orang yang terinfeksi menularkan virus kepada kurang dari satu orang lainnya. Hal itu jauh lebih tidak menular daripada flu biasa. Rantai penularan juga dapat dihentikan dengan karantina pada mereka yang sempat melakukan kontak dekat dengan penderita.
 
[pilihan-redaksi2]
MOH juga menyebut bahwa penyakit ini biasanya sembuh sendiri, dengan sebagian besar pasien sembuh dalam dua hingga tiga minggu.
 
Saat ini, semua orang yang sempat bertemu dengan penderita (kontak dengan risiko rendah terinfeksi) juga telah berada di bawah pengawasan aktif. Mereka akan dihubungi dua kali sehari untuk memantau status kesehatan mereka.
 
Terdapat satu orang peserta lokakarya yang telah meninggalkan Singapura pada 5 Mei, sebelum pasien didiagnosis menderita monkeypox. Ia telah melaporkan kepada MOH bahwa ia tetap sehat tanpa gejala.
 
Sebagai tindakan pencegahan, MOH mengatakan telah memberi tahu otoritas kesehatan masyarakat di negara asal peserta. (bbn/rls/rob)

Reporter: bbn/rls



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami