search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Pemukiman Al-Amin, Magnet Bagi Perantau Asal Jawa di Tanah Dewata
Kamis, 30 Mei 2019, 06:20 WITA Follow
image

Beritabali.com/Jurnal Kajian Bali

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Beritabali.com, Denpasar. Pemukiman Al-Amin merupakan salah satu kantong pemukiman muslim di Kota Denpasar. Pemukiman Al-Amin yang terletak di Banjar Sanglah, Desa Dauh Puri Klod, Kecamatan Denpasar Barat, Kota Denpasar sering disebut sebagai “kampung muslim Al-Amin” mengingat keberadaan pusat pendidikan Islam seperti TK, SD dan TPA yang kemudian menjadikannya salah satu kantong pemukiman muslim di Kota Denpasar. Daerah ini menjadi magnet bagi perantau asal Jawa di tanah Dewata mengingat keberadaan mushola Al-Amin.

[pilihan-redaksi]

Demikian terungkap dalam artikel ilmiah berjudul “Nyepi di Kampung Muslim Al-Amin: Leksikon Dinamika Sosial Toleransi Beragama di Denpasar, Bali” yang dipublikasikan dalam Jurnal Kajian Bali, Volume 08, Nomor 01, Tahun 2018. Artikel ditulis oleh I Nengah Punia, Ni Luh Nyoman Kebayantini, dan Wahyu Budi Nugroho dari Universitas Udayana.

Nengah Punia menuliskan pemukiman Al-Amin menjadi magnet bagi perantau karena individu atau kolektif yang merantau ke tempat yang sama sekali baru dan asing baginya untuk sebisa mungkin menemukan atmosfer kampung halaman di tempat perantauan. Atmosfer ini, tidak sekadar menyoal habitus sosial, tetapi juga spasial afektif (perasaan keruangan) yang menyerupai. Dari sinilah daerah Al-Amin lambat-laun bertransformasi menjadi salah satu kantong pemukiman muslim di Kota Denpasar.

Daerah Al-Amin mulai menjadi pemukiman padat penduduk di tahun 1970-an. Sebetulnya, pemukiman muslim Al-Amin adalah sebuah gang kecil bernama “Gang Al-Amin”, yang berada di wilayah Desa Dauh Puri Klod, Sanglah.  Namun karena nuansa keislaman yang timbul dari aktivitas pengajaran agama Islam di daerah ini turut terasa di lingkungan sekitarnya, maka sering disebut sebagai “kampung Muslim”.

[pilihan-redaksi]

Keberadaan daerah Al-Amin begitu lekat dan tidak bisa dipisahkan dari sosok atau ketokohan Haji Mahfud. Haji Mahfud berasal dari Purworejo, Provinsi Jawa Tengah yang pada tahun 1952 mengikuti ayahnya merantau ke Bali.

Pada awalnya, Haji Mahfud tinggal di daerah Titih, kemudian berpindah ke daerah (Pe)Kambingan, kemudian barulah di tahun 1961 ia menetap di daerah Sanglah yang kini dikenal sebagai lingkungan Al-Amin. Kala itu ia membeli tanah dengan harga Rp10.000,- per are. Rumah awal Haji Mahfud terletak di ujung utara Gang Al-Amin yang dahulu turut difungsikan sebagai mushola, sebelum kemudian berpindah ke area tengah-tengah gang.

Kondisi lingkungan Al-Amin kala itu pun masih diliputi persawahan dan tegalan, terdapat pula sungai kecil yang saat ini menjadi got. Saat itu Jalan PB. Sudirman masih didominasi persawahan dan baru dibangun menjadi jalan raya di tahun 1982.

Guna memenuhi keseharian hidupnya, Haji Mahfud membuka tempat servis mesin ketik dan servis senjata mengingat ia adalah seorang veteran yang cukup mengetahui seluk-beluk senjata. Lalu, Haji Mahfud turut diminta bekerja di Kodam seNusa Tenggara untuk memperbaiki mesin traktor dan stanseel (mesin fotokopi)—saat ini Kodam Udayana.

Universitas Udayana kerap memakai jasa Haji Mahfud untuk mencetak soal ujian mahasiswa. Apabila pada siang hari Haji Mahfud membuka tempat servis alat-alat kantor, sore harinya ia mengajari anak-anak mengaji (membaca Al-Quran).[bbn/ Jurnal Kajian Bali/mul]

Reporter: bbn/mul



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami