search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Keripik Tempe, Bahan Olahan Pangan Desa Jagaraga
Senin, 10 Mei 2021, 15:20 WITA Follow
image

beritabali/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, BULELENG.

Terobosan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buleleng dalam mengembangkan produk-produk yang berkualitas terus dilakukan. 

Salah satunya, produk olahan pangan Kripik Tempe yang kini marak diminati oleh semua kalangan, dimulai dari anak-anak sampai dewasa. 

Sebenarnya, dalam pengolahan Keripik Tempe banyak ditemui di Buleleng. Namun, Keripik Tempe yang ada di Desa Jagaraga ini mempunyai nilai tersendiri baik dari bentuknya sampai rasanya. 

Saat ditemui di tempat pengolahannya, pengolah Keripik Tempe Ketut Wiarsa, Jumat (7/5) mengatakan dalam pembuatan tempe itu dilakukan turun temurun dimulai dari ayahnya tahun 1965. 

Sejak ayahnya meninggal, dirinyalah yang mengambil pekerjaan itu hingga sampai sekarang. Bahan yang digunakan dalam pembuatan Keripik Tempe itu antara lain, kedelai.

Dalam proses pembuatannya, terdapat beberapa tahapan dari tahap awal sampai tahap pembungkusan. 

"Pertama-tama kita harus memilih kedelai yang bagus, setelah itu kita bersihkan kedelai itu dengan memakai air, selanjutnya kita rendam dan direbus selama 3/4 jam sampai kedelai itu matang, selanjutnya kita giling kedelainya, setelah digiling lanjut dibersihkan kulitnya, lalu direndam kembali selama 6 sampai 8 jam, kemudian direbus kembali, habis itu kita dinginkan lalu kita ragi lalu kita bungkus sesuai dengan selera pembeli," ucapnya.

Mengenai pemasaran, dirinya sudah memasarkan Keripik Tempe yang dibuat di dalam daerah sampai luar daerah, seperti Desa Jagaraga, Desa Kubutambahan sampai Desa Kintamani. Untuk harga yang dipasarkan beragam sesuai dengan ukuran dan bentuknya. 

"Untuk harga tempe yang panjang, saya beri harga dari Rp. 15.000 sampai Rp. 18.000, untuk bentuknya yang kecil harganya Rp. 2000 sampai Rp. 5000 dalam satu bungkus," ujarnya.

Selain itu, dalam penjualannya dari awal menggeluti usaha ini sampai sekarang adanya pandemi Covid-19 tetap tidak ada perubahan baik dari isinya sampai harganya. 

Reporter: Diskominfo Buleleng



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami