search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Mengenal Jalur Gaza dan Tepi Barat, 2 Wilayah Palestina Yang Terpisah
Minggu, 22 Oktober 2023, 12:26 WITA Follow
image

beritabali.com/cnnindonesia.com/Mengenal Jalur Gaza dan Tepi Barat, 2 Wilayah Palestina Yang Terpisahontok

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DUNIA.

Perang Hamas Palestina vs Israel terus memanas sejak 7 Oktober lalu hingga membuat Tel Aviv terus menggempur Jalur Gaza.

Pada Selasa (17/10), Rumah Sakit Baptis Al Ahli di selatan Gaza diserang roket hingga menewaskan lebih dari 500 orang dan melukai ratusan orang lainnya.

Hingga kini, belum diketahui siapa pelaku serangan ke RS Al Alhi lantaran Hamas dan Israel saling menuding satu sama lain.

Di tengah peperangan di Gaza, Israel juga mulai melancarkan operasi dan serangan ke Tepi Barat Palestina

Jadi, apa perbedaan Jalur Gaza dan Tepi Barat Palestina?

Jalur Gaza dan Tepi Barat merupakan dua wilayah Palestina yang kini terpisah oleh wilayah Israel.

Setidaknya lima juta penduduk tinggal di Jalur Gaza dan Tepi Barat. Antara Jalur Gaza dan Tepi Barat memiliki perbandingan luas wilayah yang cukup jauh.

Luas Jalur Gaza adalah 140 mil persegi atau 362 kilometer persegi, sedangkan Tepi Barat seluas 2.173 mil persegi atau 5.628 kilometer persegi.

Jalur Gaza terletak di sudut barat daya pantai Laut Mediterania dan berbatasan dengan Mesir di selatannya.

Sementara itu, Tepi Barat terletak di timur laut yang berbatasan dengan Yordania dan sebagian besar Laut Mati.

Palestina merupakan negara yang utuh dalam satu wilayah sebelum ada klaim pembentukan negara Israel. Setelah Perang Dunia I, Liga Bangsa-Bangsa (kini Perserikatan Bangsa-Bangsa/PBB) memberi Inggris mandat untuk mengatur dan memerintah Palestina pada 1922.

Selama mandat Inggris itu berlangsung, gelombang eksodus imigran Yahudi terus berdatangan dari Eropa ke Palestina dan menetap di sana. Saat itu, Perang Dunia II sedang pecah dan kekerasan terhadap komunitas Yahudi terus meluas di Eropa.

Sejak itu, ketegangan antara warga Arab Palestina dan Yahudi terus berlangsung. Pada 1947, PBB memutuskan membagi wilayah Palestina menjadi enam bagian yakni tiga wilayah Yahudi (Israel) dan tiga wilayah Arab (Palestina).

Sementara itu, satu wilayah yakni Yerusalem serta Bethlehem sepenuhnya berada dalam kontrol komunitas internasional.

Menurut Analis Politik Timur Tengah Abdul Sattar Kassem kepada Al Jazeera, PBB saat itu menetapkan wilayah Acre (di dekat perbatasan Lebanon), Beersheba, dan Nazareth sebagai bagian dari Palestina.

Namun, pada praktiknya, pembagian wilayah itu hingga tidak sesuai dengan rencana awal PBB hingga hari ini.

"Peta lama itu (PBB) berbeda dengan yang sekarang kita lihat. Israel menduduki 78 persen wilayah daripada yang semestinya hanya 53 persen wilayah (Palestina)," kata Kassem.

Meski PBB telah menetapkan pembagian, pendudukan milisi Zionis terus meluas lantaran perlawanan pasukan Arab Palestina saat itu lemah. Hingga akhirnya, wilayah Palestina terus tergerus dengan pendudukan Yahudi hingga pada Mei 1948, setelah Inggris membubarkan mandatnya dari wilayah tersebut, para pemimpin Zionis mendeklarasikan negara Israel di tanah Palestina secara sepihak.

Deklarasi sepihak ini memicu Perang Arab-Israel pertama yang melibatkan Mesir, Irak, Suriah, Yordania, melawan Israel.

Dalam perang itu, Yordania menduduki dan mencaplok wilayah Yerusalem timur dan sekitarnya yang kini menjadi bagian dari Tepi Barat Palestina. Sementara itu, Mesir menduduki wilayah di tepi pantai di utara Semenanjung Sinai yang mencakup Jalur Gaza.

Akibat perang Arab-Israel ini, jutaan warga Palestina pun mengungsi ke wilayah pendudukan Yordania dan Mesir ini yang hingga kini menjadi wilayah Palestina yang dikenal dengan Tepi Barat dan Jalur Gaza.

Namun, pada 1967 Israel menduduki Jalur Gaza, Tepi Barat, dan Semenanjung Sinai (Mesir) Perang Enam Hari.

Meski Israel secara bertahap mengembalikan Semenanjung Sinai ke Mesir pada 1979 sebagai negosiasi perdamaian, Israel tetap menduduki Jalur Gaza dan Tepi Barat.

Israel secara resmi mencaplok Yerusalem Timur pada 1980, namun menunda aneksasi Tepi Barat dan Jalur Gaza.

Meski begitu, Israel terus melakukan perluasan pendudukan secara ilegal di Tepi Barat dan Jalur Gaza hingga kini menyisakan wilayah Palestina yang semakin sempit.(sumber: cnnindonesia.com)

Editor: Juniar

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami