search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Yan Ketu Menangis, Peluk Istri dan Anak
Sabtu, 12 April 2008, 03:28 WITA Follow
image

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Direktorat Reskrim Polda Bali, melaksanakan rekonstruksi pembunuhan Komang Ardana alias Burik di Jalan Kusuma Wijaya Denpasar. Rekontruksi berjalan lancar dengan pengawalan ketat 1 pleton anggota Samapta. Disela-sela rekontruksi, preman Terminal Ubung itu menangis, memeluk istri dan anaknya.

Tersangka Yan Ketu tak bisa menahan lelehan air mata begitu melihat istri dan dua anaknya saat rekonstruksi kematian Komang Ardana alias Burik, siang kemarin. Apalagi, isakan air mata semakin tak terbendung, manakala, tersangka bertemu dengan putri bungsunya Nyoman Kristina Dewi.

Suasana haru terlihat saat pertengahan adegan. Tiba-tiba saja, iIstri dan anak Yan Ketu, merangsek maju dan merangkulnya. Sementara Eriawan, anak sulung tersangka, tampak diam dan kelihatan tabah. ”Jaga ibu ya..jaga diri baik-baik. Bapak sehat-sehat saja,” pesan Yan Ketu, sambil memeluk anak dan istrinya tercinta. Rekontruksi pembunuhan Komang Ardana, di Jalan Kusuma Wijaya Denpasar, mendapat pengawalan ketat dari satu pleton anggota Samapta.

Reka ulang pembunuhan Burik berlangsung sekitar pukul 15.45. berlangsung didekat pohon ketapang, depan pos kamling, menjadi lokasi pembantaian Burik.

Rekonstruksi yang menyedot perhatian masyarakat itu diawali dari kedatangan IB Anom Wijaya (korban pembantian di Jl Cokroaminoto, sebelah kiri showroom Toyota Auto Mall, 11 Februari lalu.

Dimana, posisi Anom - diperankan petugas - membonceng Yan Ketu dari arah selatan menggunakan motor bebek DK 2195 QC. Mereka datang dari rumah Yan Ketu, sekitar 500 meter arah selatan TKP.

Tersangka Anom Wijaya membalikkan posisi motornya begitu tiba di poskamling. Selanjutnya, muncul saksi Komang Arif Firman serta Burik dengan dua sepeda motor.

Dikala mereka melintas, muncul truk engkel warna kuning menghalangi jalan. Akibatnya, Burik naik darah hingga membentak sopir dan meminta Arif melintas duluan. ”Kayak kamu saya yang punya jalan,” bentak Burik seperti ditirukan petugas, sembari mengendarai Vario DK2106 XJ.

Tak sampai hitungan menit, tiba-tiba saja Anom Wijaya menghadang. Rupanya IB Anom Wijaya yang dibantai geng preman di Jalan Cokroaminoto, sedari awal menanti Burik, di poskamling.

Di adegan ke 5, tanpa ba..bi..bu, Anom Wijaya menyabetkan pedangnya seperti diperagakan pada adegan. Sabetan pedang mengenai helm dan sabetan berikutnya mengenai badan Burik.

Cras…! Burik terduduk dan motornya jatuh. Saat korban jatuh, peran Yan Ketu mula terlihat. Pria dengan postur tegap itu, langsung menusuk tubuh korban dengan pisau. Dalam kondisi berdarah-darah, dan posisi duduk, Burik sempat menarik tangan Yan Ketu yang memegang pisau dan membantingnya.

Tersangka Yan Ketu bangun, dan kembali menghujamkan pisau ke tubuh korban. Burik ternyata masih kuat, meski ditusuk, dia berhasil memegang pisau Yan Ketu. Melihat korban melawan, Anom Wijaya yang saat itu seperti mematung, menyabet bagian kepala korban yang terlindung helm.

Meski dibabat habis-habisan, Burik belum juga menyerah. Suatu ketika korban berusaha bangkit dan lari dari kejaran. Keinginan ini digambarkan pada adegan ke-6 dan ke-7. Ketika IB Anom Wijaya mengejar, Yan Ketu meminta berhenti. ”Gus…, Gus (panggilan IB Anom Wijaya, Red), sudah,” pinta Yan Ketu mengingatkan Anom Wijaya. Adegan ditutup (adegan ke-14) yang menggambarkan pembuangan pedang dan pisau belati di belakang kediaman Made Sutama alias Minggik. 

Reporter: bbn/sas



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami