Cacat Fisik, Ingka Buatannya Menembus Jakarta
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, JEMBRANA.
Kejadian sembilan tahun silam menorehkan tanda buruk pada fisik Dewa Ayu Putu Adi Lestari (35). Pasalnya, kejadian 30 Desember 2002 silam membuatnya lumpuh sehingga hidupnya penuh dengan keterbatasan. Dalam keterbatasan itulah, perempuan kelahiran Dusun Kebebeng, Mendoyo Dangin Tukad, Mendoyo menemukan semangat berkarya dengan membuat ingka yang sekarang mampu menembus pasar Jakarta.
Ditemui di rumahnya, Selasa (1/2), istri dari I Gusti Agung Komang Suniantara mengatakan kelumpuhan yang dideritanya saat ini bukan dibawanya sejak lahir namun 30 Desember 2002 silam dirinya terjatuh dari pohon rambutan di belakang rumahnya sehingga tulang belakangnya patah. Oleh dokter, tingkat kesembuhan Lestari hanya divonis mencapi 50 persen.
Kendati demikian, Lestari dengan dukungan suami dan keluarganya tidak henti-hentinya melakukan berbagai upaya penyembuhan baik secara medis maupun tradisional. Namun, sayangnya tanda-tanda menuju kesembuhan tidak muncul jua kendatipun biaya ratusan juta telah dihabiskan.
Kini, ibu satu anak ini hanya bisa meneruskan hidupnya tergantung dengan alat bantu mobilitas berupa tongkat dan kursi roda. Namun kondisi yang serba terbatas itu tidak membuat Lestari patah semangat.
Dalam keterbatasannya itu, Lestari membuka usaha kerajinan ingka (alat untuk makan dari lidi daun kelapa) sejak tahun 2004 silam. Kini ingka buatan Lestari sudah mampu menembus pasar hingga Bogor dan Jakarta.
Setiap harinya, dengan modal Rp. 30 ribu, Lestari mampu membuat tiga lusin ingka yang dijualnya dengan harga Rp 40 ribu per lusin “Biaya itu untuk pembelian daun kelapa, pernis, pewarna dan minyak tanah sebagai bahan campuran pernis,” katanya.
Lestari juga mengungkapkan ingka yang diproduksinya dipasarkan secara door to door oleh orang tuanya atau melayani pesanan. Jika dihitung, Lestari mampu meraup keuntungan Rp. 90 ribu per harinya.
“Sebenarnya saya ingin membuat ingka sebanyak mungkin karena pesanan yang datang begitu banyak tapi karena saya mengerjakan hanya sendiri sehingga tidak kuat untuk melayani pesanan. Sebenarnya ingin saya mengajak tenaga kerja dari sekitar rumah saya tetapi terbentur masalah modal,” terangnya.
Keinginannya untuk memproduksi ingka dalam jumlah banyak dengan mempekerjakan ibu-ibu rumah tangga di sekitar tempat tinggalnya telah cukup lama terpendam. Namun, keinginan tersebut tetap hanya sebatas keinginan karena Lestari menyadari modal yang dimilikinya tidak cukup untuk mewujudkan keinginannya itu.
“Kalau ada bantuan modal dari pemerintah, saya sangat berterima kasih,” harap Lestari yang saat ini mengaku tinggal terpisah dengan suaminya karena suaminya merantau ke Denpasar sebagai buruh.
Reporter: bbn/dey