search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Penjajah Jepang Takluk, Belanda Kembali ke Bali Lewat NICA
Rabu, 17 Agustus 2016, 08:05 WITA Follow
image

bbn/sejarahbali

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Beritabali.com, Denpasar. Babak baru perjuangan kemerdekaan RI di Bali dimulai pada 2 Maret 1946. Hari itu, tentara Sekutu  yang diboncengi pasukan NICA (Netherlands India Civil Administration) mendarat di Sanur. Begitu mendarat, pasukan sekutu langsung menyebar ke seluruh Bali dipimpin pasukan Australia.
 
Mereka berkonvoi mengendarai truk berbendera sekutu menuju tempat tawanan Jepang dan tangsi militer Jepang di seluruh Bali. Semua tentara Jepang yang berstatus tawanan perang diperintahkan naik truk dan dibawa pergi. 
 
Setelah tugasnya menahan sisa pasukan Jepang selesai, pasukan NICA tetap tinggal di Bali. Mereka menguasai tangsi dan markas militer yang sebelumnya dipakai Jepang. Bendera pimpinan sekutu, Australia, lambat laun diganti dengan bendera Belanda.
 
Tak lama kemudian beredar pengumuman kekuasaan di Indonesia dikembalikan kepada Belanda melalui NICA. Dengan pengumuman itu jelas sudah Belanda ingin kembali menjajah Nusantara.
 
Sikap Belanda yang tidak mau mengakui kemerdekaan Indonesia membuat perang tidak terhindarkan. Pertempuran mulai meletus di banyak tempat di tanah air termasuk di Bali. 
 
Dalam Biografi Drs. I Nyoman Sirna MPH, "Sang Guru, Sebuah Memoar Tentang Perjuangan dan Pengabdian", yang ditulis Indrawati Muninjaya, Nyoman Sirna menuturkan, pertempuran sporadis terjadi di Bali menentang Belanda, mencapai puncaknya pada Puputan Margarana 20 November 1946 di Tabanan. Pada pertempuran itu, hampir seratus orang anggota pasukan Kepala Divisi Sunda Kecil, Kolonel Gusti Ngurah Rai Gugur. Di Pihak Belanda, dilaporkan 400 tentara NICA tewas.
 
Sejak itu, tidak ada lagi perlawanan besar-besaran menentang Belanda di Bali. Namun para pemuda tetap berjuang meski dengan skala kecil dan sporadis. Mereka berusaha tetap memelihara semangat proklamasi kemerdekaan Indonesia. Setiap sore, Nyoman Sirna dan pasukannya rutin berkumpul di rumah Nyoman untuk bertukar informasi.
 
Dengan ditandatanganinya Konferensi Meja Bundar pada 27 Desember 1949 di Den Haag Belanda dan adanya kesepakatan para pemimpin di Jakarta, keadaan Indonesia mulai relatif aman. Belanda secara resmi mengakui kemerdekaan Indonesia. Sejak itu, warga mulai dapat beraktifitas seperti biasa. [bbn/rst/psk]

Reporter: bbn/psk



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami