search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Melasti, Sebuah Pembersihan Badan dan Pikiran
Selasa, 20 Februari 2018, 14:40 WITA Follow
image

Beritabali.com/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Melasti biasanya dilaksanakan oleh umat Hindu Bali menjelang pelaksanaan hari raya Nyepi. Beberapa literatur menyebutkan bahwa melasti berasal dari kata mala dan asti. Mala memiliki arti kotoran atau leteh, sedangkan asti berarti membuang atau memusnahkan. Jadi melasti dapat diartikan sebagai upacara yang bertujuan untuk membersihkan segala kekotoran yang ada di badan dan pikiran (buana alit). Melasti juga memiliki tujuan pembersihan alat upacara (buana agung) serta memohon air suci kehidupan (tirta amertha) bagi kesejahteraan manusia.

Dalam phdi.or.id disebutkan bahwa melasti dilaksanakan sejak seminggu sebelum hari raya nyepi atau maksimal 2 hari sebelum Nyepi. Dalam Lontar Sang Hyang Aji Swamandala disebutkan: angayutaken laraning jagat, paklesa letuhing bhuvana, yang terjemahannya: untuk melenyapkan penderitaan masyarakat dan kotoran dunia (alam).

[pilihan-redaksi]
Sedangkan dalam lontar Sundarigama dinyataan: amet sarining amrtha kamandalu ritelenging samudra, yang terjemahannya: untuk memperoleh air suci kehidupan di tengah-tengah lautan. Laut sebagai sumber amerta karena laut/segara dipercaya dan diyakini mampu melebur segala kekotoran yang diakibatkan oleh api nafsu manusia yang berupa tindakan kotor/jahat dan Iain-Iain.

Melasti dilakukan dengan membawa peralatan upacara berupa arca dan pretima ke sumber mata air atau laut untuk memohon permbersihan dan tirta amertha (air suci kehidupan). Hal ini sejalan dengan isi sloka dalam Rg Weda II. 35.3 “Apam napatam paritasthur apah” yang artinya “Air yang berasal dari mata air dan laut mempunyai kekuatan untuk menyucikan.

[pilihan-redaksi2]
Dalam dosenhindu.com di sebutkan bahwa kecenderungan melasti dilakukan di daerah pantai. Mengingat sumber air yang terbesar adalah laut. Semua sungai pasti mengalir ke laut. Laut juga menjadi tempat siklus peredaran air yang memberikan hidup dan kehidupan alam semesta ini. Jadi atas dasar itu, maka air sebagai pelebur kotoran.

 

Setiap hari semua sungai mengalirkan berbagai kotoran ke laut, tetapi setelah sampai di laut menjadi sirna kotoran tersebut. Seandainya air laut itu tidak berfungsi sebagai pelebur, maka semestinya laut tersebut menjadi tumpukan dari berbagai kotoran dan penyakit. Namun kenyataannya malah sebaliknya, orang-orang sengaja mandi ke laut untuk pembersihan diri dan untuk mendapatkan kesehatan.

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami