search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Perjalanan Meluruskan Cerita Sunda Upasunda
Minggu, 12 Agustus 2018, 19:55 WITA Follow
image

istimewa

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Beritabali.com, Denpasar. Pengakuan I Wayan Dibia pada Sabtu malam (11/8) di Kalangan Ayodya Taman Budaya, Denpasar menyiratkan sebuah realita bahwa masyarakat Bali perlu lebih banyak membaca sumber-sumber sastra. “Cerita ini saya pentaskan dengan maksud meluruskan cerita yang selama ini dipentaskan oleh masyarakat yang alurnya salah,” tutur I Wayan Dibia mengejutkan.

Dibia yang kali ini berposisi selaku pemimpin garapan gelar seni pertunjukan pariwisata “Barong Sunda Upasunda” Sanggar Seni GEOKS, Gianyar ini pun mengungkapkan kekeliruan masyarakat terhadap kisah Sunda Upasunda. “Alur yang sebenarnya bahwa tokoh utamanya, Sunda Upasunda itu digoda bukan saat dia bertapa, tetapi digoda saat dia pesta-pesta,” jelas Dibia.

Sunda Upasunda sendiri merupakan kisah klasik yang telah terdapat dalam Kitab Mahabharata bagian Adi Parwa. “Ceritanya memang sudah ada di Adi Parwa, jadi mestinya itu yang dibaca sehingga dengan begitu ada refrensi yang pasti,” ujar Dibia.

Sunda dan Upasunda yang kala itu digoda nyatanya sedang mabuk dan berpesta pora. Bagi Dibia, dari logika saja orang bertapa itu membutuhkan konsentrasi yang tinggi. Sehingga konsentrasi itu tidak mudah tergoyahkan karena seorang yang bertapa benar-benar memusatkan pikirannya. “Orang yang mabuk sangat mudah untuk digoda dan itulah yang sebenarnya terjadi pada Sunda dan Upasuda,” tegas Dibia kembali.

Dalam perjalanan mencari cerita yang sejati, tentunya Dibia telah memulai sejak lama. Sejak duduk di bangku kuliah, Dibia mulai menelusuri rasa penasarannya akan kebenaran dari kisah Sunda Upasunda. Kebenaran yang Dibia peroleh melalui Adi Parwa akhirnya membuat DIbia yakin untuk mempersembahkan garapan Sunda Upasunda pertamanya di tahun 1974. “Pertama kali saya pentaskan garapan ini tahun 74 ketika saya ujian di Jogja. Itulah, karena saya ingin menggali kayak apa sih cerita sebenarnya,” kenang Dibia seraya tersenyum. Tak hanya meluruskan yang bengkok, ditampilkannya garapan ini pada Bali Mandara Mahalango 5 juga memberi semangat pada Dibia untuk mencoba sebuah garapan yang padat.

Menurut I Made Bandem selaku kurator dalam Bali Mandara Mahalango 5, garapan Barong Sunda Upasunda yang diciptakan I Wayan Dibia merupakan sebuah garapan alternatif. “Selama ini barong untuk turis itu cerita yang dipakai kan Barong Kunti Seraya yang sudah diciptakan 1948 oleh orang tua saya, orang tua Pak Dibya, dan orang tua Cokorda Raka Tisnu,” ungkap Bandem.

Bagi Bandem, memang diperlukan sebuah alternatif dalam pertunjukan pariwisata barong di Bali.  “Turis itu ingin yang aneh, berbeda, dan besar jadi barong itu selalu menjadi andalan,”ujar Bandem.

Persoalan pelurusan cerita Sunda Upasunda yang dilakukan oleh I Wayan Dibia, Bandem pun menyambut dengan hangat akan hal itu. “Sunda Upasunda yang dari Adi Parwa ini mengandung spiritual yang tinggi sehingga dengan adanya kisah dan garapan ini masyarakat itu punya tontonan yang sehat,” tegas Bandem.[bbn/rls/mul]

Reporter: bbn/mul



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami