search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Kecanduan Nonton Video Porno Miyabi
Minggu, 11 November 2018, 09:44 WITA Follow
image

beritabali.com/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Tanya: “Dok, gara-gara Miyabi datang ke Bali kemarin, suamiku jadi membuka-buka lagi koleksi video porno yang ada Miyabinya. Suamiku memang gemar sekali nonton video porno, browsing gambar perempuan telanjang di internet, sampai dia rutin beli berjudul-judul video porno di situs yang jualan video porno di internet. Apa dia kecanduan ya? Bahaya nggak ini dok? Apa ini bisa disebut penyakit?” (yanti,24).
Jawab: Semua orang sesungguhnya menyukai melihat materi bermuatan pornografi, seorang laki-laki dewasa yang melihat perempuan dewasa lainnya telanjang atau ada sebagian bagian tubuh yang “terbuka”. Apalagi yang dilihat atau ditonton itu yang seperti Miyabi atau Maria Ozawa itu. 
 
 
Bukan hal yang salah remaja yang beranjak puber berebut menonton video porno, mengintip orang mandi, mengintip celana dalam temannya dan lainnya, termasuk juga sebaliknya pada perempuan. Karena semua itu sesungguhnya menyenangkan dan membuat rasa gembira dan nyaman. 
 
Otak akan mengeluarkan substansi hormonal yang namanya endorfin sebagai yang berperan dalam membuat rasa senang. Cuma saja, yang membatasi semua itu untuk dieksplorasi tentu saja ada, yaitu norma. 
 
Norma-norma yang dianut masyarakat yang tidak mengijinkan untuk hal-hal yang bersifat pornografi tidak dipertontonkan atau dikonsumsi, dalam berbagai gradasi, ada yang membatasi dengan sangat ketat, ada yang yang membatasi dengan sangat longgar. Sebagai contoh saja, film porno. Di Indonesia ini sangat dilarang, di negara liberal seperti Amerika, Jepang dan negar-negara Eropa hal seperti ini diperbolehkan dengan batasan khusus. Kalau di Amerika batasannya adalah usia, kalau di Jepang, selain usia, juga tampilan film yang herus disensor mozaik di bagian kelamin. Itu misalnya.
Selama materi pornografi tidak dieksplorasi secara berlebihan, ternyata hal ini bisa memunculkan keuntungan, kegembiraan dan kenyamanan saat mengkonsumsinya, bahkan pada dunia medis, materi pornografi juga diselipkan sebagai bagian terapi seksual. Asal semua dilakukan dengan kendali dan rasa tanggung jawab memanfaatkannya. 
 
Nah, yang harus dihindari adalah mengkonsumsi materi pornografi yang terlalu sering, sehingga mengganggu aktifitas sehari-hari. Lalu, mengkonsumsi materi pornografi yang terlalu ekstrem (misalnya seks dengan anak-anak, seks dengan binatang, dll) karena sekali dua kali atau malah bisa sering kali menjadi referensi dan sumber inspirasi juga buat ditiru. Selanjutnya, pikirkan baik-baik tentang partner yang diajak menonton materi pornografi atau jika ingin melanjutkan ke tahapan aktifitas seksual, kalau dengan istri sendiri mungkin bukanlah masalah, tetapi jangan dengan pasangan yang berisiko, baik risiko medis (bisa terinfeksi infeksi menular seksual bila mengajak pasangan yang terinfeksi sebelumnya), atau risiko sosial, karena mengajak pasangan sah orang lain misalnya.
 
Bila sudah memiliki pasangan, kalaupun ingin mengkonsumsi video porno, sebaiknya dilakukan bersama-sama atau sepengetahuan bersama. Itu akan jauh lebih menyenangkan dan lebih aman. Dan seringkali agenda menonton video porno bersama, justru menjadi “sumber rekomendasi” dan “sumber inspirasi” bersama pasangan untuk meningkatkan variasi seksual bersama. 
Jika sudah menjadi kecanduan berat, bagaimana mengatasinya? Perlu peran besar dari pasangan buat mengelola keinginan dari pasangannya yang sudah kadung overuse of pornography. Dengan mengatur waktu dan pembatasan materi pornografinya. Sedangkan yang sudah kadung sendirian, dia bisa berusaha sendiri atau minta bantuan psikolog atau seksolog, maupun dokter yang paham kesehatan seksual buat membantunya. 
 
Pilihan terapinya sering kali berupa dua hal: metode total abstinence (distop semua kontak dengan materi pornografi yang memunculkan overuse), atau dengan step ladder pattern, dengan cara mengurangi bertahap dan pelan-pelan sampai tidak lagi overuse. Kata kuncinya adalah selama materi pornografi yang dikonsumsi tidak sampai mengganggu aktifitas sehari-hari dan kontak sosial dengan orang lain, itu sudah cukup.
TIPS! Gunakan materi pornografi secara bertanggung jawab, artinya: Tepat waktu, jangan sampai mengganggu aktifitas yang lain Tepat orang, jangan mengajak orang lain yang “mengundang risiko” jika mengkonsumsinya, lebih baik dengan pasangan yang sah. Tepat target, gunakan kesempatan mengkonsumsi materi pornografi hanya untuk kepentingan mencari referensi buat variasi seksual bersama pasangan misalnya, untuk mengatasi kejenuhan, atau hanya untuk sekedar tahu saja. Tepat frekuensi, jangan keseringan, nanti malah overuse. 

Reporter: bbn/psk



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami