search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Dua Film Dokumenter Remaja Denpasar Tayang di Polandia
Sabtu, 8 Juni 2019, 09:24 WITA Follow
image

beritabali.com/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Beritabali.com, Denpasar. Dua film dokumenter karya remaja Denpasar ditayangkan di ajang Kongres Dunia Organisasi Kota-kota Warisan Dunia (The Organization of World Heritage Cities - OWHC) ke-15 yang digelar di Krakow, Polandia (2-5 Juni 2019).
 
[pilihan-redaksi]
Dua film tersebut adalah “Penempa Bara” karya AAI Sari Ning Gayatri (SMAN 3 Denpasar) dan  “What Makes Denpasar” karya Made Cahya Satrya Hariantha (SMAN 4 Denpasar).  
 
Kedua karya tersebut diputar bagi para delegasi yang berasal dari 250 Kota Pusaka di seluruh dunia karena berhasil terpilih sebagai finalis Kompetisi Internasional Produksi Video OWHC 2019.
 
Film “Penempa Bara” tampil sebagai finalis di Kategori usia 14-17 tahun. Karyanya bersanding dengan "World Heritage Cities – puzzles of specialities" (Lukas Hein, Jerman), "Meeting Budapest" (Kings Team, Hungary), "Rare Pearl of Cultural Heritage” (Rena Abilova, Azerbaijan), “Tsar’s Dream” (Valeria Sindimirova,  Russia), “One day in Krakow” (Jan Dabek, Polandia), “Views from Philadelphia” (Faith Applegate , Amerika Serikat), “24 hours in the UNESCO World Heritage City Regensburg” (Marlon Heise, Jerman), "Voir Saint-Pétersbourg et commencer à vivre" (Diana Burgli, Rusia), “Time warp in Salzburg” (Zemmari Bloomfield, Austria), “Home to Heritage” (Zachary Goodwin, Amerika Serikat), dan “Thousand years standing tall” (Amir Hossein Dehghan Banadaki Yazd, Iran).
 
Sedangkan “What Makes Denpasar” karya Made Cahya Satrya Hariantha berhasil sebagai finalis di kategori usia 18-21 tahun bersanding dengan karya-karya remaja lain dari berbagai negara seperti "My Little Budapest" (Fanni Borbás, Hungaria),  "Évora, a city that" (Maria Ciobanu, Portugal), "If you had one day in Galle fort" (Sandaru Silva,  Sri Lanka), "Amazing city – Baku" (Nihad Nebili, Azerbaijan), "Join me, in Jongno" (Yueun Baek, Korea),  "Kazan, love in differences" (Adilya Sharafieva, Russia),  "Kraków 2019" (Laura Basiaga,  Polandia), "One day in Kutna Hora" (Josef Krcil, Republik Czech), "Olinda, that’s where I see" (Marcela Cavalcanti & Pedro Ramos (Brazil), "Brotherly Love" (Lindsey Cooper & Carly Dunbar, Amerika Serikat),  "St. Petersburg is…" (Aleksandra Tereschenko, Rusia), "The River City" (Grace Goen, Amerika Serikat), "Visitando un día MI CIUDAD" (Rodrigo Verdugo Vicente, Spanyol), dan "Vienna - A World Heritage" (Tobias Katlein, Austria).
 
Walikota Denpasar, IB Rai Dharmawijaya Mantra, yang hadir pada acara tersebut merasa bangga menyaksikan karya-karya dokumenter remaja Denpasar bisa berbicara di kancah internasional. “Ini menunjukkan bahwa potensi perfilman di Denpasar sangat luar biasa,” ujarnya. 
 
Rai Mantra hadir memimpin rombongan pada acara Kongres OWHC ke-15 tersebut karena Denpasar merupakan anggota OWHC yang telah tergabung sejak Oktober 2012. Tahun ini kongres OWHC mengusung tema “Warisan dan Pariwisata: Komunitas dan pengunjung lokal - berbagi  tanggung jawab”. Sebuah komite ilmiah  bekerja di bawah arahan Profesor Jacek Purchla, Presiden Komisi Nasional Polandia untuk UNESCO, dan Peter Debrine sebagai Project Officer merancang Program Pariwisata Berkelanjutan di Pusat Warisan Dunia UNESCO.  
 
[pilihan-redaksi2]
Sementara itu Maria Ekaristi, Manager for the local part of the Video Competition of the OWHC, yang mengawal para siswa tersebut sejak seleksi, pelatihan, pendampingan produksi, hingga pengiriman karya, mengatakan bahwa tampilnya karya-karya remaja Denpasar sebagai finalis di ajang kompetisi video OWHC bukan yang pertama.
 
Pada 2015 terpilih sebagai finalis “Layang-layang” (Resha Arundari, SMPN 3 Denpasar)  dan “Warisan Nak Lingsir” (Made Arya Wibawa, SMAN 3 Denpasar).
 
Sedangkan  pada 2017 tampil sebagai finalis Sang Penjaga Beji (AAI Sari Ning Gayatri, SMAN 3 Denpasar)  dan  “Tradisi Turunan” (I Putu Sathyana Rayana, SMKN  1 Denpasar)  
 
Menurut Ekaristi, keterlibatan para siswa Denpasar dalam ajang OWHC merupakan arahan dari Walikota Denpasar pada awal 2012 untuk memperkenalkan Denpasar sebagai kota pusaka melalui karya dokumenter.
 
Namun, Denpasar belum bisa mengikuti kompetisi video (yang diselenggarakan setiap tahu ganjil) pada tahun 2013, karena syarat utama untuk ikut serta adalah telah menjadi anggota OWHC sedikitnya selama tiga tahun. Maka pada Mei 2012 dimulailah proses pendaftaran Kota Denpasar untuk menjadi anggota OWHC.[bbn/rls/psk]

Reporter: bbn/rls



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami