search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Saat Harga Merangkak Naik, Petani Cabai Justru Menjerit
Selasa, 14 Januari 2020, 09:05 WITA Follow
image

beritabali.com/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, KARANGASEM.

Petani Cabai di Karangasem gigit jari, pasalnya seluas berhektar-hektar tanaman cabai yang berada di wilayah Kecamatan Selat dan Sidemen kondisinya terancam gagal panen.

[pilihan-redaksi]
Seperti pemandangan pada Senin (13/01/2020) siang. Hektaran tanaman Cabai yang berada di wilayah Sidemen dan Banjar Dinas Benekasa, Desa Muncan, Selat, Karangasem terlihat menghitam dan membusuk sebelum waktu panen tiba.

"Ya ini kebanyakan cabai yang masih muda tiba-tiba menghitam," terang salah seorang petani Wayan Sadi ketika memanen sisa buah cabai yang belum menghitam.

Anehnya, di tengah kondisi buah cabai yang banyak menghitam itu, bagian pohon dan daun cabai justru terlihat segar bahkan sama sekali tidak menampakkan pohon tersebut sedang terserang suatu hama atau penyakit.

Menurut Sadi, kondisi buah cabai yang menghitam tersebut kemungkinan disebabkan oleh faktor cuaca yang tidak menentu atau terserang suatu hama penyakit.
 
Kondisi ini tentu saja membuat para petani menjadi resah karena hasil panen mereka turun drastis akibat kondisi tersebut. 

Dalam kondisi normal, dari dua petak lahan bisa petani bisa menghasilkan cabai sebanyak 30 kilogram sekali panen, namun setelah terserang wabah hitam tersebut kini paling banyak bisa menghasilkan cabai kisaran 10 kilogram itu pun dengan kualitas campuran.

Reporter: bbn/krs



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami