Istri Susah Orgasme Saat Pandemi Covid-19
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Tanya: “Dok, dua bulan terakhir selama pandemi ini, istri mengeluhkan susah mendapatkan orgasme saat berhubungan seksual, mohon dijelaskan kenapa bisa terjadi ya, Dok.” (Agus, 29)
Jawab: Apalah artinya hubungan seksual tanpa orgasme? Sebuah pertanyaan sepele, tetapi tidak bisa dianggap remeh, karena masih banyak yang belum paham, terutama dari kalangan perempuan, yang tidak pernah mengetahui bagaimana rasanya orgasme sejak awal, atau malah sering kali baru belakangan mengalami masalah orgasme dalam hubungan seksual dengan pasangannya.
Pada perempuan, gangguan orgasme memang lebih sering terjadi, dan dapat disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya hambatan psikis, tidak ada komunikasi seksual yang baik dengan pasangan, posisi hubungan seksual yang tidak efektif, disfungsi seksual di pihak laki-laki (misalnya suami mengalami ejakulasi dini}, dan meningkatnya nilai ambang sensitivitas karena penyakit saraf tertentu. Kurangnya rangsangan seksual yang diterima menyebabkan perempuan gagal mencapai orgasme. Rangsangan pendahuluan seringkali sangat diperlukan agar perempuan menjadi siap dan cukup terangsang sebelum melakukan hubungan seksual.
Demikian juga, posisi hubungan seksual ternyata sangat berpengaruh terhadap tercapainya orgasme pada perempuan. Sampai dengan hari dan detik ini, masih sangat minim jumlah laki-laki yang mengerti posisi hubungan seksual yang dapat memberikan rangsangan efektif pada perempuan. Ini salah satu kuncinya. Tips: saat hubungan seksual berlangsung sebaiknya ketahui posisi tepat, paling disenangi dan memuaskan untuk pasangan Anda! Seringkali ini bersifat individual.
Kecenderungan perempuan, terutama di Indonesia, masih tidak ekspresif dalam menikmati hubungan seksual. Ini masih sangat bisa dipahami karena adanya faktor budaya yang memunculkan mitos bahwa perempuan yang agresif secara seksual selalu dikonotasikan dengan “liar”, “nakal” atau “petualang”. Jadi bila ingin dicap sebagai perempuan baik-baik ya tidak usah meminta, membicarakan dan menunjukkan hal-hal yang ekspresif selama melakukan hubungan seksual. Padahal sesungguhnya laki-laki dan perempuan sama saja, sama-sama mengalami dan punya hak untuk menikmati hubungan seksual, dan selama bisa dikomunikasikan dengan baik, itu malah akan menjadi komunikasi seksual yang baik sebagai jaminan keharmonisan hubungannya juga.
Karena ada mitos tersebut, membuat perempuan enggan untuk mengekspresikan diri saat menikmati hubungan seksual, termasuk enggan menyatakan belum mencapai orgasme pada pasangannya, malah sebagian lagi, untuk membuat pasangannya senang, si perempuan mengaku sudah orgasme atau berpura-pura sedang orgasme, yang disebut dengan orgasme palsu. Cukup banyak yang sekarang melakukan ini, bahkan diduga lebih dari setengah perempuan melakukannya. Ini justru tidak baik dan sesungguhnya adalah merupakan sebuah kebodohan. Kenapa? Karena ini membohongi diri sendiri dan sering kali juga pasangannya. Dan selanjutnya akan memunculkan permasalahan psikis yang akan mengganggu kualitas hidup. Kualitas seksual itu juga salah satunya ditentukan oleh orgasme. Dan Kualitas hidup juga ditentukan dari bahagia atau puas atau tidaknya hubungan seksualnya bersama pasangan.
Saat mengalami orgasme yang asli, perempuan akan terlihat putingnya mengeras, payudara memerah dan wajahpun flushing, terlihat lebih memerah. Perlu dicurigai jika persis setelah hubungan seksual tuntas, ternyata perempuan masih terlihat bugar dan penuh semangat, bangun dari tempat tidur dan langsung berpakaian serta beraktifitas. Karena sesungguhnya orgasme sangatlah melelahkan, jadi idealnya berbaring dulu, memulihkan energi selama beberapa menit, bahkan sebaiknya tidur, karena memang sangat nyaman untuk dibawa tidur saat fase resolusi.
Kata kunci untuk mendapatkan orgasme pada perempuan adalah dengan memaksimalkan foreplay. Jangan pernah meremehkan babak pemanasan ini. Dan ini bisa dilatih. Bagaimana tekniknya? Rileks dulu. Relaksasi diri. Membuat semuanya lebih nyaman dan tenang, agar komunikasi seksual juga bisa lepas dan nyaman dan dimulai dengan cumbuan di tempat atau bagian tubuh yang diingini atau disenangi. Sebaiknya dari atas, turun ke bawah. Tentu saja dengan sambil memvariasikan dengan gerakan meraba, menjilat dan menghisap. Payudara dan vagina adalah target foreplay utama, karena dua organ tubuh ini memiliki banyak sekali saraf sensorik berkumpul, sebagai jaminan sensitifitas terhadap rangsangan seksual. Ini dulu yang banyak dieksplorasi. Butuh kreatifitas juga untuk memaksimalkan eksplorasinya. Rasa nikmat yang menyebar ke seluruh tubuh akan membuat perempuan cepat mendapatkan orgasme. Seringkali sampai di tahap ini sudah bisa menjadi orgasme.
Masalah orgasme sesungguhnya relatif mudah diselesaikan. Kuncinya adalah dengan melibatkan pasangan dan melakukan komunikasi yang baik dengan pasangannya. Kecuali memang masalahnya ada di pihak laki-laki. Itu lain lagi, justru laki-laki yang harus diterapi atau dicari solusi untuk disehatkan kembali secara seksual. Jangan pernah berlama-lama membiarkan perempuan untuk tidak menikmati orgasmenya, perempuan yang tidak mencapai orgasme seringkali memunculkan akibat dan pengaruh negatif ke psikisnya seperti menjadi sering marah, cemas atau gangguan tidur. Komunikasi dengan pasangan, khususnya komunikasi seksual, merupakan faktor penting agar hubungan seksual berlangsung harmonis yang berarti dapat dinikmati oleh kedua pihak, perempuan dan laki-laki. Komunikasi seksual yang baik sebenarnya merupakan juga stimulus awal sekaligus rangsangan yang sifatnya psikis sebelum hubungan seksual berlangsung. Seandainya diperlukan untuk melakukan konseling khusus dan sex therapy, maka sangat perlu dilakukan dengan melibatkan kedua pasangan, karena seseungguhnya, sekali lagi, permasalahan orgasme pada perempuan bisa saja disebabkan karena permasalahan seksual pada laki-laki pasangannya.
Reporter: bbn/oka