search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Mahasiswa Hindu Bali dalam Napak Tilas Kebangsaan
Rabu, 28 Oktober 2020, 22:50 WITA Follow
image

bbn/net

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Peringatan Hari Sumpah Pemuda (HSP), setiap tanggal 28 Oktober merupakan momentum bagi bangsa Indonesia untuk mengingat kembali sejarah perjuangan seluruh elemen pemuda Indonesia dalam menebar semangat nasionalisme, yang berhasil menyatukan visi dan komitmen kebangsaan.

Peringatan Hari Sumpah Pemuda di era pandemi Covid-19 ini diarahkan dalam rangka memberikan makna mendalam tentang arti penting sebuah momentum sejarah pemuda. Bangsa ini perlu merekonstruksi dan mereaktualisasikan nilai-nilai yang terkandung di dalam perjalanan sejarah sumpah pemuda dengan konteks kekinian, yang merupakan bagian dari proses sejarah Negara Kesatuan Republik Indonesia. 

Hari ini, pemuda Indonesia harus memperjuangkan eksistensinya sebagai bangsa yang bersatu dan bangkit di tengah keterpurukan ekonomi akibat pandemi. Sebanyak 92 pemuda pemudi yang berasal dari seluruh Indonesia berkumpul secara virtual mengenang 92 tahun api semangat sumpah pemuda. 

Pemuda yang terlibat merupakan pimpinan organisasi kepemudaan masyarakat (okp) seperti KMHDI, GMNI, GMKI, PMKRI, PMII, HMI, HIKMAHBUDI, IMM, KAMMI dan 48 pimpinan badan eksekutif mahasiswa dari berbagai kampus di Indonesia. Mereka menyampaikan pidato kebangsaan dan bertukar gagasan mengenai pembangunan bangsa Indonesia kedepan. 

Tujuan dilaksanakannya Napak Tilas Kebangsaan HSP 2020 ini yaitu Merekonstruksi sejarah lahirnya ikrar sumpah pemuda sebagai salah satu tonggak sejarah perjuangan bangsa dalam mencapai kemerdekaan, Memperkokoh semangat nasionalisme dikalangan pemuda, Meningkatkan peran dan kontribusi pemuda dalam pembangunan bangsa dan Menjadikan pemuda sebagai garda terdepat dalam Gerakan kebangkitan untuk melawan pandemi covid 19 yang berakibat pada keterpurukan system social dan ekonomi bangsa.

Kegiatan ini dirangkai dalam sebuah napak tilas dengan mengusung tema bersatu dan bangkit berlangsung selasa, 27 Oktober 2020. Kegiatan dimulai pukul 09.20 WITA dengan pemaparan awal oleh Prof. Yudi Latief. Peserta pertama yang tampil dan menyampaikan pidato kebangsaannya adalah I Gede Diyana Putra, mewakili mahasiswa hindu di Bali (KMHDI).

Dalam pidatonya yang berdurasi 5 menit, pria asal buleleng ini menyampaikan pandangannya terhadap dunia pendidikan. 

“Pada kesempatan ini saya ingin menyerukan kepada kita semua, bahwa kita perlu menetapkan rancangan induk pendidikan kita. Rancangan yang akan menghantarkan kita kepada cita-cita bangsa ini. sebuah rancangan yang tidak mudah berubah dengan perhelatan politik”, ujarnya.

Merujuk pada berbagai hasil survey atas sistem pendidikan dunia, Indonesia masih komitmen untuk belum meningkatkan prestasinya, rerata capaian atas kemampuan matematis, sains dan literasi. Survey yang dimaksud adalah PISA (Programme For International Student Assessment ) dan  TIMSS (Trends in Mathematics and Science Study).

Sejarah merekam, sejak Indonesia bergabung dengan The Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) lembaga yang menyelenggarakan PISA pada tahun 2000, Indonesia belum pernah melampaui atau mengimbangi rerata capaian di dunia hingga saat ini untuk kategori Matematis, sains, dan literasi.

Sedangkan pada tahun sebelumnya 1999, ketika Indonesia bergabung dengan International Association for the Evaluation Achievement (IEA) lembaga penyelenggata TIMSS. Hingga saat inipun,  Indonesia belum mampu untuk mengimbangi atau melampaui capaian rerata Negara partisipan dari seluruh dunia. Fakta tersebut menunjukkan bahwa sistem pendidikan di Indonesia belum mampu membawa peningkatan signifikan atas capaian prestasi anak didik di dunia. 

Ibarat gunung es, fakta tersebut adalah fenomena yang Nampak dipermukaan. Namun, masih banyak permasalahan di dunia pendidikan yang menjadi kendala bangsa ini untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pada akhir pidatonya, Diyana mewakili mahasiswa hindu di Bali siap mengabdi untuk NKRI, bergotong royong dengan komitmen dan semangat untuk kemajuan bangsa ini.

Pada akhir pidatonya, Diyana menegaskan mahasiswa hindu di Bali siap mengabdi untuk NKRI, bergotong royong dengan komitmen dan semangat yang sama untuk kemajuan bangsa ini.

Reporter: bbn/rls



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami