search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Ingin Memperbesar Penis, Apa Bisa?
Minggu, 6 Desember 2020, 16:45 WITA Follow
image

beritabali.com/ist/ilustrasi Memperbesar Penis

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Tanya: “Dok, aku membaca sebuah iklan di media sosial, menawarkan rotan super ajaib yang dapat memperbesar ukuran penis, tetapi kemasannya tablet dan minyak. Itu bagaimana ya? Lalu bulan lalu aku diceritakan oleh temanku di kantor, kalau dia sempat menyuntikkan minyak atau cairan tertentu ke penisnya biar bisa lebih memuaskan istri. Tetapi temanku yang lain malah melarang mengonsumsi yang beginian, apalagi yang sampai disuntik segala, karena katanya malah bisa berisiko jadi infeksi dan penis jadi rusak.  Sebenarnya apa yang bagusnya dilakukan, Dok? (Rico,26)

Jawaban: Banyak upaya keliru yang dilakukan laki-laki selama ini untuk melakukan pembesaran penis. Tanpa disadari hal ini menjadi sasaran kalangan-kalangan yang tidak bertanggung jawab untuk mendapatkan keuntungan komersial yang tidak logis. Hal ini sudah berlangsung turun-temurun dan ratusan tahun lamanya, bahkan terjadi di seluruh dunia. 

Nama seperti “Mak Erot” pun sangat kondang sebagai ikon pembesaran penis di Indonesia. Padahal sudah jelas pada banyak kasus, yang terjadi setelah melakukan prosedur memperbesar penis adalah banyak penis yang mengalami deformitas, atau mengalami kerusakan, baik secara fisik maupun fungsi seksual. Tentu saja korban praktek-praktek tidak ilmiah seperti ini tidak muncul ke permukaan karena mereka tidak berani untuk mengungkapkan kasusnya secara terbuka, yang akhirnya sering kali masyarakat menjadi tidak mengetahui akan adanya akibat buruk dari praktek-praktek pembesaran penis yang tidak ilmiah seperti ini.

Suntikan silikon cair dan minyak orang aring tentunya sangat berbahaya karena dapat menyebabkan kerusakan penis secara permanen, beberapa riset juga menyebutkan adanya dugaan silikon cair dengan kejadian kanker. Pijatan tangan yang secara tradisional sering dikombinasikan dengan pemberian makanan tertentu (misalnya ketan lemang) dan penis dimasukkan ke alat tertentu (misalnya bambu) tetap dapat mengakibatkan efek buruk seperti luka lecet, pembengkakan hingga rasa nyeri. 

Pompa (vacuum) sempat populer sebagai alat terapi disfungsi seksual, tetapi bila digunakan dalam waktu lebih lama daripada yang direkomendasikan malah dapat merusak jaringan elastis di penis. Pil, obat oles, obat tempel (patch) dan bahan lain (misalnya rendaman teh) tidak satupun terbukti bekerja dan beberapa mungkin dapat berbahaya jika dosisnya sembarang, misalnya yang mengandung hormon. Lalu peregangan dengan beban (traction) adalah metode yang sangat riskan karena dapat menyebabkan kerusakan permanen pada penis dan tidak ada bukti ilmiah bahwa teknik ini dapat menambah ukuran penis. 

Jadi berhati-hatilah, karena semuanya tidaklah memberi manfaat, malah akhirnya merusak jaringan penis, dan akhirnya menimbulkan gangguan fungsi seksual.

Jika kejadian sudah kadung terjadi, seperti penyuntikan minyak atau cairan tertentu, segeralah datang ke dokter, untuk diperiksa dan diterapi. Kemungkinan tindakan pembedahan dibutuhkan untuk mengeluarkan minyak orang aring dan membersihkan jaringan penis. 

Perlu diingat kembali, ukuran penis tidak berpengaruh bagi tercapainya orgasme dan kepuasan seksual perempuan, selama penis dalam keadaan normal sesuai perkembangan seharusnya. Orgasme dan kepuasan seksual perempuan lebih ditentukan oleh kualitas ereksi, kemampuan mengontrol ejakulasi dan keterlibatan emosional terhadap pasangan. Dalam banyak kasus sesungguhnya ukuran penis adalah soal preferensi pribadi bagi laki-laki dan pasangannya. Sebuah mitos populer tentang ukuran penis yang turun temurun terkonsepsi sejak lama dan masih dipercaya oleh banyak laki-laki adalah “lebih besar, lebih baik”. 

Secara turun temurun berbagai cara tidak logis dan tidak ilmiah telah dilakukan untuk memperpanjang ukuran penis, yang ternyata dapat mengakibatkan efek buruk, akhirnya malah mengorbankan fungsi penis itu sendiri. Tentu saja ini adalah mitos yang perlu diluruskan. Secara histologis, penis tersusun dominan oleh jaringan ikat dengan hanya sedikit saja serabut otot bergaris. Maka sejak pubertas mencapai puncak di usia sekitar 17 tahun, ukuran penis sudah tidak bisa lagi mengalami perubahan berarti. Sedangkan sebelum usia tersebut ukuran penis masih bisa berkembang karena pengaruh hormon, terutama testosteron. 

Berhati-hatilah jika kemudian berniat menggunakan obat sembarang atau alat-alat bantu yang ditujukan secara komersial untuk pembesaran penis karena, termasuk juga dengan yang disebut rotan super ajaib misalnya atau obat lain dalam bentuk kapsul, hingga obat oles, karena semua itu bisa dipastikan tidak bermanfaat, karena setelah dewasa bentuk dan ukuran penis tidak dapat diubah lagi menjadi lebih besar atau panjang. Hati-hati juga dengan suntikan yang dapat berbahaya bagi kesehatan seksual laki-laki yang bisa mengakibatkan kerusakan permanen pada penis, yang akhirnya malah membuat penis tidak berfungsi lagi. Jadi, berusahalah selalu berkonsultasi dengan dokter jika ada keluhan tentang kelamin dan kondisi seksual.

Yang lebih utama adalah relasi seksual dan komunikasi seksual yang baik, jadi tidak hanya ukuran fisik semata. Terlebih perlu disadari bahwa peka rangsangan pada vagina (G-spot) terletak di sepertiga bagian luar vagina. Jadi, sebetulnya sangat tidak relevan memperpanjang atau memperbesar ukuran penis demi kepuasan pasangan.


 

Reporter: bbn/oka



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami