search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Rumah Topeng Sanur Berawal dari Kunjungan Tamu Jepang
Sabtu, 19 Desember 2020, 17:00 WITA Follow
image

beritabali/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Gelaran Denpasar Festival ke-13 Tahun 2020 kembali menghadirkan mata acara bertajuk Ruang Pusaka. Acara yang digelar untuk kali kedua ini menghadirkan sosok seniman sekaligus pemilik Rumah Topeng Sanur, I Made Kara secara virtual pada Jumat (18/12). 

Dipandu oleh dua orang pembawa acara yakni AA Bagus Mantra dan Joni Agung, Made Kara memaparkan secara detail perjalanan Rumah Topeng Sanur. Dimana, menurut Made Kara, perjalanan Rumah Topeng bermula dari kehadiran Wisatawan asal Jepang untuk melaksanakan perjalanan spiritual. 

"Karena dia datang ke rumah, dan dia merasa bahwa ada aura tertentu di rumah saya, dari sana ingin untuk memahat topeng dengan bahan alakadarnya, saat itu hanya ada kayu Jepun," ujarnya

De Kara bercerita bahwa Seni Topeng diperkirakan aktif dipentaskan di Sanur sejak tahun 1973. Dimana, tokoh topeng yang terkenal kala itu berasal dari Sindu Kaja dengan taksu topeng yang khas. Bahkan dalam pementasannya mampu menyajikan pentas topeng berbahasa inggris. 

"Sehingga ada istilah 'my name is mister two tut', artinya topengnya ada dua gigi," katanya

Setelah itu, setiap pukul 19.00 malam rutin digelar pementasan di Pura Segara Sanur untuk pariwisata. 

"Disini kita hadir untuk kembali membangkitkan seni di bali, dan selalu menghormati beliau sebagai perintis dan penggerak topeng itu sendiri," jelasnya

Namun seiring perjalanan Made Kara yang juga sempat menjadi Guide Jepang dan Klian Adat ini aktif kembali di dunia seni topeng dan pahat topeng sejak 2015 lalu. Dimana, dalam berkarya membuat topeng tidak pernah menemui kepuasan dan menganggap belum berhasil. Bahkan karena ketidakpuasan itu topeng terus dikerjakan hingga rusak. 

Dari sana muncul keinginan untuk mencari guru. Dimana Ida Bagus Alit Pidada dari Griya Sindu Sanur dipilih untuk menjadi guru. 

"Disana diajarkan tentang gegulak dan sikut. Dari sana banyak karya tapel yang sudah diselesaikan," ujar Made Kara.

Made Kara menjelaskan bahwa di wilayah Sanur sangat terkenal dengan seniman pahat, baik pematung maupun seniman pembuat topeng. Dari sana lah muncul keinginan untuk membangkitkan seni pahat di Sanur. 

"Rumah Topeng ini digunakan untuk sanggar, sehingga bebas berekspresi dalam seni pahat topeng. Jadi anak SD dan SMP silahkan belajar, nanti sudah selesai tapelnya dibawa pulang," kata De Kara.

Dengan adanya Rumah Topeng ini kita kumpulkan berbagai seniman, baik itu seniman ogoh-ogoh dan seniman lainnya. Sehingga mampu menjadi rumah topeng untuk Denpasar kedepanya. 

"Saat ini terus berkarya, namun terkendala bahan baku. Baik ketersediaan dan biaya pembelian. Kayu Pule yang paling baik untuk topeng. Namun untuk yang tidak sakral bisa menggunakan Kayu Suar, dan semoga eksistensi seni pahat di Kota Denpasar dapat terus berlanjut dan lestari," turup De Kara. 

Reporter: bbn/rls



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami