search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Sejarah Pura Taman Ayun, Pura Paibon Keluarga Raja Mengwi
Selasa, 6 April 2021, 22:30 WITA Follow
image

beritabali/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, BADUNG.

Pura Taman Ayun terletak 18 Km dari Denpasar, termasuk Desa Mengwi, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Provinsi Bali. Jika dilihat dari sejarah Pura Taman Ayun adalah sangat erat sekali hubunganya berdirinya kerajaan Mengwi pada 1627 Masehi (1549 Caka).

Pura Taman Ayun selesai dibangun dan dipelapas pada 1634 Masehi (1556) pada saat pemerintahan raja Mangwi pertama yaitu I Gusti Agung Ngurah Made Agung yang kemudian bergelar "Ida Cokorda Sakti Belambang".

Pura Taman Ayun mempunyai luas 4 Ha atau 40.000 M2 dikelilingi oleh kolam besar, pada zaman kerajaan dahulu ditanami beraneka bunga seperti teratai, Seroja, sedangkan di tepi kolamnya ditumbuhi pohon kamboja, cempaka, Kenanga, Sekarwati, Plasa, tunjung, Siulan dan pohon buah-buahan seperti manggis, durian, wani, mangga dan rambutan.

"Pura Taman Ayun adalah Pura Paibon atau Pedarmaan dari keluarga Raja Mengwi untuk memuja roh para leluhur dari raja-raja yang diwujudkan dengan dibangunnya sebuah Gedong Paibon," jelas Manager Daya Tarik Wisata (DTW) Taman Ayun Mengwi, I Made Suandi, belum lama ini di pura tersebut.

Sebagaimana halnya Pura-pura di Bali Pura Taman Ayun dibagi pula menjadi tiga halaman yaitu bagian yang paling suci disebut Utama Mandala (jeroan), Madia Mandala (Jaba tengah) dan Nista Mandala (jabaan). Untuk masuk ke Utama Mandala dibangun sebuah Kori Agung (Paduraksa) sedangkan pada madia dan Nista Mandala dibangun candi bentar (Apit surang).

Selain gedong paibon, di Utama Mandala (Jeroan) dilengkapi juga dengan pelinggih-pelinggih untuk persimpangan-persimpangan atau pengayatan-pengayatan dari beberapa pura khayangan jagat di Bali. 

"Adapun maksud dan tujuanya didirkan pelingih-pelingih tersebut oleh raja adalah agar beliau beserta rakyat kerajaan Mengwi dapat memohon restu untuk keselamatan, kesejahteraan dan kesuburan negara. Juga untuk memberi kesempatan pada seluruh rakyat Mengwi untuk turut serta melakukan upacara-upacara keagaman di pura Taman Ayun misalnya, meajar-ajar, memendak sangpitara, nunas pekuluh (air suci) untuk memberantas hama di sawah dan lain-lainnya," bebernya.

Pura Taman Ayun juga dibangun juga pelinggih tempat menyembah "Pasek Badak" untuk menyembah rohnya Pasek Badak yang disungsung oleh segenap Bala Putra teruna batu-batu (Prajurit kerajaan). Pura Taman Ayun juga merupakan tetamanan tempat untuk beristirahat dan berekreasi dari para keluarga raja Mengwi.

Pura Taman Ayun sangat dipengaruhi oleh pasang surutnya kerajaan Mengwi pada 1890 masehi (1812 Caka) timbullah perang dengan Raja Badung, Mengwi mengalami kekalahan dan raja Mengwi (Yang kesepuluh) "I Gusti Agung Made Agung" gugur dalam pertempuran tersebut dan segenap keluarga yang masih hidup meyelamatkan diri ke wilayah sebelah timur.

Selama ada dalam pengasingan, Pura Taman Ayun tidak terpelihara seperti sebelum perang dirawat dengan sangat baiknya, sehingga timbullah kerusakan-kerusakan pada bangunan yang ada.

"Pada 1911 M kembalilah sebagian dari keluarga raja kembali ke Mengwi dan Pura Taman Ayun dirawat kembali. Tapi pada hari Sabtu 20 Januari 1971 Masehi terjadi bencana alam gempa bumi (gejer) yang amat dahsyat sehingga banyak dari bangunan-bangunan yanga ada menjadi roboh dan rusak. Namun bisa dipugar kembali satu demi satu hingga kini, seperti yang disaksiakan sampai saat ini," paparnya.

Adapun upacara piodalan di Pura Taman Ayun jatuh pada Selasa, Kliwon Wuku Medangsia atau setiap 210 hari sekali (tiap-tiap 6 bulan Bali). Pura Taman Ayun sudah banyak dikunjungi wisatawan sejak sebelum perang dunia, sebagai pengemongnya adalah keluarga Puri Gede Mengwi yang dibantu oleh sebuah Panitia yang terdiri dari para prajuru adat, seperti kelian Desa Adat, se kecamatan Mengwi terdiri dari 38 Desa Adat yang disebut dengan "Mangu Kertha Mandala".

Reporter: bbn/aga



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami