search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Cerita Sukses Pengusaha Asal Gianyar Ini Bawa Kerajinan Bali Menembus Pasar Dunia
Sabtu, 12 Juni 2021, 22:00 WITA Follow
image

bbn/Suara.com

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, GIANYAR.

Ni Ketut Bakati Anggareni mendirikan usaha kerajinan barang rumah tangga berbahan dasar kayu dengan nama “Bali Bakti Anggara” dirintisnya sejak 1997.

Perempuan yang biasa disapa Ayu merintis usaha sejak 23 tahun lalu dengan modal awal hanya Rp50 juta. Dengan modal awal yang bersumber dari uang sendiri alias bukan pinjaman, Ayu memproduksi hiasan dinding, meja kerja dan beberapa peralatan makan seperti mangkuk dan gelas kayu. Produk yang diproduksinya bervariasi. Kerennya, produk-produk tersebut sudah menembus pasar luar negeri seperti Amerika Serikat, Eropa dan Asia.

“Sekitar 60 persen market kami di Amerika Serikat, 30 persen di Eropa dan sisanya di Asia termasuk pasar dalam negeri,” ujarnya dikutip dari Suara.com.

Aneka produk kerajinan tersebut dijual mulai dari US$2,5 hingga US$100 atau berkisar Rp35.600 hingga Rp1,4 juta per-produk. Dalam kondisi normal, Ayu biasanya mampu mengekspor sebanyak 30-100 kontainer dan meraup omzet hingga US$50 ribu atau setara Rp710 juta per semester.

Bisnis skala UKM yang dijalankan Ayu banyak mempekerjakan perempuan. Ini bukan tanpa maksud. Pasalnya, di daerahnya di Kelurahan Abianbase, Gianyar, Bali, banyak perempuan yang sudah berkeluarga tetapi kesulitan mendapatkan pekerjaan. Dia pun memutuskan memberdayakan perempuan setempat, terutama dalam proses pengemasan.

Namun, pandemi Covid-19 yang melanda dunia termasuk Indonesia telah memberi dampak signifikan pada usaha skala UMKM, termasuk “Bali Bakti Anggara”. Akibat permintaan pasar yang lesu terdampak pandemi, Ayu harus melakukan sejumlah penyesuaian, termasuk jumlah pekerja. Saat ini, dia hanya bisa mempekerjakan sekitar 23 orang, di mana 12 orang di antaranya merupakan pekerja perempuan.

Perempuan berusia 49 tahun ini mengaku pernah mengalami masa sulit. Saat itu pada pada 2012 lalu, usahanya terimbas perubahan tren di masyarakat. Kerajinan kayunya selama ini fokus pada kerajinan tradisional asli Bali yang banyak mengandung kreativitas ukiran. Namun ternyata tren di pasaran saat itu berubah, dan ini memengaruhi usahanya.

“Kita sempat terlambat mengikuti tren tersebut. Kebetulan saat itu merupakan keuntungan bagi usaha saya, saya mendapat bantuan dari Pemerintah Belanda dimana mereka memiliki program untuk membina usaha kecil di negara berkembang, nah usaha saya terpilih,” ungkapnya.

Kesempatan itu dimanfaatkan Ayu sebaik mungkin untuk belajar dan lebih mengasah lagi kreativitas. Harapannya agar bisa menghasilkan produk-produk kerajinan kayu yang kekinian mengikuti roda zaman. Berkat pembinaan dari Pemerintah Belanda selama setahun akhirnya usaha kerajinannya normal kembali dan lebih berkembang.

Ayu menuturkan tantangan lain yang dihadapi adalah terkait shipping buyer payment (sistem pembayaran dari pembeli). Pada masa pandemi Covid-19 seperti ini, masa tunggu menjadi lebih lama yakni sekitar 60 hari dari biasanya 30 hari. Kondisi itu tentu mempengaruhi cash flow dan dia membutuhkan tambahan modal usaha. Namun berkat bantuan BRI, Bu Ayu mampu terlepas dari kendala itu dan bisa melanjutkan usahanya.

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami