search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Kisah Budi Astrawan yang Selamat dari Tragedi KMP Yunicee
Kamis, 1 Juli 2021, 17:10 WITA Follow
image

beritabali/ist/Kisah sopir asal Buleleng, korban selamat KMP Yunicee.

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, BULELENG.

Sempat terapung-apung selama kurang lebih 30 menit di perairan pelabuhan Gilimanuk kabupaten Jembrana Bali, warga Banjar Dinas Insakan Desa Pedawa, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Ketut Budi Astrawan dan Ni Kadek Ayu Widiantari yang merupakan ayah dan anak berhasil diselamatkan oleh tim penyelamat. 

Ketut Budi Astrawan yang bekerja sebagai supir truk membawa muatan kelapa dari Kabupaten Klungkung Bali, ke Mojokerjo Jawa Timur pada Sabtu 26 Juni 2021. Kemudian kembali ke Bali dengan membawa 10 ton pakan konsentrat melalui pelabuhan Ketapang pada Selasa 29 Juni 2021. 

Di tengah perjalanan, kapal motor penumpang (KMP) Yunicee yang ditumpangi tiba-tiba miring dan nyaris tenggelam. Segera Ayah dua anak tersebut mengambil life jacket untuk putrinya, sedangkan dirinya berenang menggunakan pelampung. Ketut Budi Astrawan ditemui di rumahnya mengatakan sebelum lepas landas kondisi kapal biasa saja. 

Namun dirinya merasa aneh saat awak kapal memasukkan lebih banyak truk barang sehingga kapal menjadi penuh. Selain itu saat lepas landas, kapal terasa terombang-ambing sangat keras seperti dihantam ombak besar. Astrawan yang mencoba beristirahat di dalam kapal kemudian mendengar salah seorang penumpang yang menyuruhnya naik ke atas kapal. 

“Ada beberapa kru kapal yang menyuruh supir truk keluar memindahkan kapalnya. Saya lihat kapal sudah miring, saya tarik anak saya untuk  ambil pelampung dan jaket pelampung,” ungkapnya.

Namun pelampung dan life jacket yang dibawa sang anak saat itu direbut penumpang lain sehingga sisa satu life jacket dipakaikan kepada sang anak. 

“Saya tidak dapat life jacket. Saya selamatkan anak saja, saya tidak peduli dengan diri sendiri pikiran saya saat itu,” imbuhnya.

Budi Astrawan mengaku saat itu kapal tenggelam. Dengan pelampung yang ia dapatkan, Budi berusaha berenang mencari bantuan dengan tetap memegang kerah life jacket anaknya dan satu penumpang lainnya. 

“Orang yang memegang saya akhirnya naik ke pelampung kapal penolong. Dan kita berdua diselamatkan regu penyelamat. Saya lihat anak saya dinaikkan ke kapal lalu saya dinaikkan menggunakan tali, badan saya sudah lemas saat itu,” tutupnya.

Karena arus yang deras proses evakuasi Budi Astrawan dan anaknya tidak langsung dibawa ke puskesmas Gilimanuk. Keduanya dibawa ke pos I pelabuhan Ketapang untuk pemeriksaan lebih lanjut. Selama disana Budi Astrawan dan putrinya yang masih duduk di kelas VIII SMP difasilitasi oleh Persatuan Logistik Bali (PLB) Korwil Singasakti. 

Bahkan keduanya diantar hingga selamat sampai di rumah oleh komunitas tersebut. Hingga saat ini Budi Astrawan mengaku masih trauma, dalam waktu dekat ini ia tidak memiliki rencana untuk kembali bekerja sebagai supir truk.

Reporter: bbn/sin



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami