Isu diskriminasi yang dialami seorang master of ceremony atau MC di Bali Putu Dessy Fridayanthi (ECY MC Bali) kian menjadi perhatian publik.

Banyak yang mempertanyakan kejadian sebenarnya dari dugaan diskriminasi yang dialami MC tersebut. Dalam surat pernyataannya, Putu Dessy Fridayanthi yang akrab dipanggil Ecy menjelaskan kronologis peristiwanya. 

"Kronologis kejadian pada hari Jumat lalu, tanggal 10 September 2021, supaya tidak simpang siur dan akhirnya mengomentari yang tidak-tidak dan menyalahkan pihak-pihak yang tidak bersalah sebagai kambing hitam, saya cerita ya gini kronologis sebenarnya," sebutnya mengawali penjelasan.

"Pada hari Kamis, tanggal 9 September siang, saya dihubungi EO untuk dapat menjadi MC di suatu acara di daerah Badung – Bali, untuk hari Jumat tanggal 10 September 2021. Kemudian saya minta dikirimin susunan acara utk mengetahui pejabat siapa saja yang akan datang di acara tersebut," katanya. 

Dan disana tertulis, “Menteri didampingi oleh Gubernur Bali”. Saya langsung tanyakan saat itu ke EO, mas ini Gubernur sudah ada konfirmasi akan hadir atau tidak? Jawabannya : ya mbak, update terakhir katanya Gubernur akan hadir mendampingi Menteri. 

"Saya langsung komen dong, wah kalo beliau hadir, MC nya pasti gak boleh cewek," katanya mengingat pengalamannya selama 3 tahun terakhir. 

"Coba mas tolong dikonfirmasi dulu ke Protokol Gubernur atau ke client, saya sampaikan begitu ke EO. EO menjawab, siap mba,"

Pada hari yang sama, EO mengonfirmasi bahwa acara tersebut sudah ditetapkan disertai dengan jadwal gladi. Pihak EO juga sudah menyampaikan ke protokoler Gubernur bahwa MC nya akan dibawakan oleh Ecy.

"Gubernur hanya mendampingi Menteri mba, tidak ada speech, hanya sebagai undangan. Oh OK gitu pikir saya. Mungkin karena Gubernur hanya sebagai undangan ya, makanya MC boleh cewek, gitu pikiran positif saya," sebutnya.

Saat hari H, yakni Jumat, 10 September 2021 acara pun dimulai dan ia sudah mempersiapkan kegiatan sedari awal melalui gladi yang disaksikan protokol Kementrian dan Gubernur.

"Pesan protokol Kementrian kepada saya, Mba Ecy nanti tolong perhatikan dengan seksama pergerakan Menteri, supaya acara tidak ada jeda dan tidak mendahului pengucapan jika Menteri belum siap. Dengan kata lain saya harus fokus dan bisa melihat secara langsung saat acara sudah dimulai," katanya.

"Setelah berganti pakaian dan touch up make up, saat saya akan standby ke lokasi acara, mau keluar dari tempat ganti, EO tiba2 dateng ke saya, dan mengatakan, Mba Ecy, nanti ngemsinya dari sini aja ya. Gak usah keluar,". 

"Hah? Saya kaget dong, maksudnya pak? Kata client lagi, iya arahan dari protokol Gubernur, Mba gak boleh keluar ngemsinya, dari dalem saja. Trus, protokol Mentri udah tau? Saya tanya. Ini mau saya kasih tau sekarang kata EO nya. Pas kita ksih tau MC gak boleh keluar, tentu protokol Kementrian kaget juga dong. Lebih tepatnya Bingung. Dia tanya alasannya ke EO, jwban EO, arahan dari Protokol Gubernur. Ketika ditanya alasannya ke protokol Gubernur, jawabannya atas arahan Gubernur," jelasnya. 

Meski demikian, kata dia, akhirnya acara berjalan dengan lancar, walaupun ada beberapa kendala teknis, seperti microphone tidak bunyi, karena mungkin jarak yang agak jauh dari server mic.

Ia mengingatkan agar tidak mengalami pembatalan mendadak karena acara yang akan dibawakan akan dihadiri Gubernur Bali yang mengharuskan MC-nya harus laki-laki. 

"Mohon segera direspon oleh Pemprov Bali atau Gubernur Bali langsung, terima kasih," tutup Ecy dalam surat pernyataannya pada 12 September 2021.