Bambang Sutantio, Bermodal Rp150 Juta Kini Berharta Rp24 T
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, NASIONAL.
Daftar orang terkaya di Indonesia kedatangan wajah baru pada tahun ini. Salah satu wajah yang baru masuk ke dalam daftar adalah Bambang Sutantio.
Mengutip Forbes, kekayaan Bambang Sutantio saat ini tembus US$1,7 miliar atau Rp24,75 triliun (kurs Rp14.563 per dolar AS). Kekayaan tersebut membuatnya menduduki peringkat orang terkaya nomor 1.818 dunia.
Lalu siapa sebenarnya Bambang Sutantio?
Lelaki berusia 63 tahun ini merupakan lulusan jurusan teknologi pangan Technical University Berlin. Ia pemilik pabrik susu dan yoghurt Cimory Group, produsen produk makanan dan minuman kemasan berbasis protein dengan pangsa pasar yoghurt dan sosis premium.
Perusahaan didirikan pada 1993 lalu. Mengutip berbagai sumber, sebelum besar dan menjadi orang kaya seperti sekarang ini, Bambang memulai usahanya hanya dengan modal Rp150 juta.
Modal ia dapat dari kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dengan jaminan ruko dari hasil menggadaikan rumah milik orang tuanya. Berbekal pengetahuan yang didapatnya saat kuliah di Berlin, modal ia kembangkan untuk membuka usaha bumbu dan peralatan industri.
Bukan tanpa alasan Bambang memilih untuk membuka usaha itu. Ia melakukannya berbekal pengalaman yang membekas saat berada di Wonosobo.
Saat itu, Bambang melihat banyak buah nanas petani yang hanya dijual dalam bentuk buah segar dengan harga jual yang murah. Tak hanya itu, ia juga melihat habis dipanen dibuang dengan cuma-cuma.
Petani tak mampu mengolah nanas sisa panen itu menjadi sebuah produk yang bernilai ekonomi tinggi. Sejak saat itulah dirinya bertekad membantu petani.
Cara yang ditempuhnya adalah dengan mempelajari ilmu teknologi pangan dengan kuliah di Jerman. Bambang berharap ilmunya bisa membantu petani dalam meningkatkan nilai ekonomi hasil pertaniannya.
Memulai dari Garasi
Karena itu, usai menyelesaikan studinya, Bambang langsung membuka usaha. Awalnya, Bambang memulai usaha dengan mendirikan perusahaan pengolahan daging dengan nama Macroprima Panganutama di garasi rumah dan restoran milik keluarganya pada 1992 lalu.
Perusahaan itu bergerak dalam bidang produksi makanan, salah satunya Sosis Kanzler yang merupakan khas Jerman. Ide awal produksi sosis tersebut dilatarbelakangi oleh temuan Bambang dan rekannya Hans Reusch atas produk sosis Jerman yang memiliki rasa enak dan kualitas tinggi.
Atas dasar temuan itu, ia kemudian memproduksi sosis halal, tanpa MSG, pewarna buatan dan berkualitas.
Melalui Macroprima Panganutama inilah bisnis Bambang berkembang. Lewat joint venture antara Macroprima Panganutama dan HOS BV Belanda dengan rasio kepemilikan saham kedua perusahaan 60:40, nama Cimory yang mengandung akronim Cisarua Mountain Dairy lahir pada 2006 lalu.
Gandeng Peternak Sapi dan Koperasi
Melalui perusahaan itu, ia membangun pabrik pengolahan susu.Dalam membangun dan membesarkan pabrik ini, ia tidak sendiri.
Ia menggandeng para peternak sapi perah di kawasan Cisarua yang tergabung dalam Koperasi Produsen Susu Giri Tani. Hasil susu dari para petani ia serap. Namun, untuk itu perusahaannya memberlakukan syarat; susu akan dibeli jika memenuhi standar.
Untuk memastikan standar itu terpenuhi, dirinya menggandeng perusahaan asing bereputasi. Di saat itulah, ia berhasil memperbaiki harga susu segar di kalangan peternak yang saat itu rendah karena kualitasnya masih belum baik.
Karena standar yang diberlakukan, peternak berlomba-lomba memperbaiki kualitas susu mereka supaya mendapatkan harga yang lebih baik.
Bisnis Bambang Sutantio ini berjalan dengan pesat. Dirinya berhasil membangun sebuah pusat edukasi proses pembuatan dan pembelian produk Cimory di Jalan Raya Puncak KM 77 Cisarua.
Tak hanya itu, pabriknya juga berhasil berkembang ke sejumlah wilayah di Pulau Jawa. Bambang terus berekspansi.
Pada 2021 kemarin, ia berhasil membawa Cimory melantai di bursa dengan melepas 1,15 miliar saham. Dari langkah itu perusahaan berhasil mengantongi dana hingga Rp3,66 triliun yang kemudian digunakan untuk meningkatkan kapasitas produksi dan distribusi.(sumber: cnnindonesia.com)
Reporter: bbn/net