search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Air Berusia 1,2 Miliar Tahun Bisa Digunakan Untuk Hidup di Mars
Rabu, 6 Juli 2022, 11:44 WITA Follow
image

beritabali.com/sindonews.com/Air Berusia 1,2 Miliar Tahun Bisa Digunakan Untuk Hidup di Mars

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DUNIA.

Sekelompok peneliti menemukan air bawah tanah berusia 1,2 miliar tahun yang sangat ajaib. Pasalnya air itu berhasil membuat beberapa hewan yang ditemukan di bawah tanah sejauh hampir 3 kilometer hidup dengan nyaman. 

Air bawah tanah ajaib itu ditemukan di sebuah tambang emas dan uranium yang ada di kawasan Moab Khotsong, Afrika Selatan. Saat ini temuan tersebut sudah terpublikasi lewat sebuah jurnal yang ada di Nature Communications. 

Oliver Warr, peneliti dari University of Toronto dan pemimpin penelitian mengatakan air ajaib itu akan jadi kunci adanya kehidupan bawah tanah yang sangat dalam. Bahkan bisa dijadikan sebuah langkah awal penelitian untuk hidup di planet lain seperti Mars. 

"Anggap saja air ini seperti Kotak Pandora yang berisi sebuah keajaiban penghasil helium dan hidrogen. Temuan itu nanti dapat kita pelajari bagaimana memanfaatkannya untuk kepentingan biosfer dalam dalam skala global," ungkap Oliver Warr. 

Penemuan air bawah tanah berusia 1,2 miliar tahun itu bermula dari misi panjang Oliver Warr dan rekan-rekannya menemukan kehidupan ekstrem di bawah tanah. Sebuah tempat dimana banyak orang berpikir sama sekali tidak ada kehidupan. 

Tempat penelitian sendiri dilakukan di tambang emas Moab Khotsong, Afrika Selatan. Tempat itu dipilih karena merupakan lokasi penambangan dengan lubang penggalian paling dalam. 

Pada 2011 mereka kemudian menemukan cacing yang hidup di bawah kedalaman tanah hingga nyaris 3 kilometer. Cacing itu ternyata bisa hidup tanpa matahari dan panas yang ekstrem.

 

Empat tahun kemudian mereka kembali menemukan hewan lainnya seperti krustasea dan cacing pipih. Dari situ mereka bertanya-tanya apa yang membuat hewan yang seharusnya tidak ada di kedalaman itu bisa bertahan hidup. 

Keberadaan air bawah tanah berusia 1,2 miliar itu akhirnya jadi jawaban mengapa hewan-hewan itu bisa bertahan di 2,9 kilometer di bawah permukaan bumi.Keberadaan air itu justru bisa menghasilkan konsentrasi besar hidrogen, sumber energi penting bagi hewan-hewan tersebut. 

"Reaksi radiogenik menghasilkan helium dan hidrogen, kita tidak hanya dapat belajar tentang reservoir dan transportasi helium gtetapi juga energi hidrogen dari kedalaman bumi yang dapat menopang mikroba bawah permukaan dalam," ujar Oliver Warr. 

Sementara Gaetan Borgonie peneliti dari Extreme Life Isyensya mengatakan penemuan itu memiliki implikasi penting. Tidak hanya di bawah permukaan bumi yang dalam, tetapi di tempat lain di tata surya. Itu termasuk Mars, sebuah planet yang memiliki kondisi keras yang mirip dengan dasar tambang emas. 

"Jika air itu bisa berguna di sini, mengapa tidak bisa melakukannya di sana?" tandas Gaetan Borgonie. 

Dia mengatakan Mars kemungkinan tidak memiliki organisme multiseluler, melainkan bentuk kehidupan sederhana, seperti bakteri. Dia juga berpikir organisme kemungkinan besar akan hidup jauh di bawah tanah. Karena atmosfer di Mars telah tertiup angin matahari, tidak ada lagi air di atas tanah. 

Tanpa lapisan ozon, sinar matahari akan menghancurkan apa pun yang organik. Tapi masih ada air di bawah tanah di Mars, seperti air yang terperangkap jauh di dalam bebatuan di tambang Moab Khotsong.(sumber: sindonews.com)

Editor: Juniar

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami