search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Relasi Saudi-UEA Sebelum MbS-MbZ Tegang: Bak 'Musuh Dalam Selimut'
Minggu, 23 Juli 2023, 13:19 WITA Follow
image

beritabali.com/cnnindonesia.com/Relasi Saudi-UEA Sebelum MbS-MbZ Tegang: Bak 'Musuh Dalam Selimut'

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DUNIA.

Hubungan Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) tengah menjadi sorotan usai Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MbS) menyebut sekutunya sendiri, Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan (MbZ), menikam negaranya dari belakang.

Hal itu disampaikan MbS kepada wartawan lokal di Riyadh dalam sesi pengarahan off-the-record pada Desember 2022 lalu. Keretakan relasi kedua negara Arab ini pertama kali dilaporkan oleh The Wall Street Journal baru-baru ini.

"Sekutu negara selama puluhan tahun, UEA, menikam kita dari belakang," kata MBS, menurut orang-orang yang hadir dalam pertemuan itu.

"Mereka akan melihat apa yang bisa saya lakukan," tambahnya.

MbS bahkan disebut sudah melayangkan sejumlah tuntutan kepada UEA. Jika tidak memenuhinya, MbS disebut bakal menjatuhkan sanksi yang lebih kejam dari yang pernah Saudi berikan kepada Qatar hingga negara tersebut sempat diisolasi di antara sesama negara Arab.

Menurut WSJ, ancaman Saudi ini terjadi di tengah keretakan hubungan antara MbS dengan MbZ selaku presiden UEA akibat perbedaan kebijakan kawasan dan pembatasan minyak OPEC.

Perselisihan kedua pemimpin ini juga tumpah di pertemuan OPEC pada Oktober lalu. Saat itu UEA menuding Saudi memaksanya menyetujui pengurangan produksi minyak.

Emirat sampai-sampai menyatakan siap menarik diri dari OPEC karena sangat frustrasi dengan dominasi Riyadh dalam organisasi tersebut.

Perselisihan kedua pemimpin ini juga tumpah di pertemuan OPEC pada Oktober lalu. Saat itu UEA menuding Saudi memaksanya menyetujui pengurangan produksi minyak.

UEA sampai-sampai menyatakan siap menarik diri dari OPEC karena sangat frustrasi dengan dominasi Riyadh dalam organisasi tersebut.

Terlepas dari perselisihan ini, riwayat hubungan kedua negara Arab ini memang tidak selalu harmonis.

Saudi dan UEA memang tampak seperti dua sisi mata koin yang terlihat selalu kompak dan memiliki pendekatan geopolitik yang sama. Namun, di belakang layar, kedua negara Arab ini saling bersaing, terutama untuk menjadi yang terkuat dan paling berpengaruh di dunia Arab.

Dikutip lembaga think tank Arab Center Washington DC, Saudi, dan UEA juga memiliki riwayat sengketa wilayah hingga perselisihan politik dinasti yang sudah terjadi jauh sebelum kemerdekaan UEA pada 1971.

Selain itu, politik perminyakan terutama terkait kebijakan Organisasi Eksportir Minyak (Organisation of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) juga kerap membuat hubungan Saudi dan UEA tegang.

Soal ekonomi, kedua negara juga kerap bersaing. Dua tahun lalu, Saudi sempat memberlakukan pembatasan impor baru untuk menghilangkan akses pasar bebas tarif bagi barang-barang yang dibuat di zona bebas ekonomi. Padahal ini merupakan tulang punggung perekonomian UEA.

Pada 2021, Saudi juga memberlakukan yang mewajibkan perusahaan asing yang beroperasi di negara kerajaan harus mendirikan kantor pusat per 2024 mendatang. Selama ini, sejumlah perusahaan asing global kerap mendirikan kantor pusat di UEA sebagai cabang utama di kawasan Timur Tengah.

Perang sipil di Yaman juga kerap menjadi batu ganjalan relasi Saudi-UEA. Semula, UEA turut mengerahkan pasukan ke Yaman di bawah koalisi Saudi demi membantu pemerintahan sah di bawah Presiden Abdrabbuh Masur Hadi mengalahkan pemberontak Houthi.

Pengerahan pasukan ke Yaman dinilai sebagai bentuk dukungan UEA terhadap Arab Saudi. Padahal, Abu Dhabi juga memiliki kepentingan untuk melindungi kepentingan ekonominya dengan mengamankan rute perdagangan di dekat Yaman.

Setelah dirasa berhasil mengamankan kepentingannya, UEA pun menarik sebagian besar pasukannya dari Yaman pada 2018.

Perbedaan pandangan soal hubungan dengan Israel juga meningkatkan persaingan antara Saudi dan UEA. Sejak UEA normalisasi hubungan dengan Israel di bawah Kesepakatan Abraham (Abraham Accords), relasi Riyadh dan Abu Dhabi juga semakin canggung.

Semula, negara Arab menolak berhubungan dengan Israel salah satunya sebagai bentuk solidaritas bagi Palestina. Sampai saat ini, Saudi belum buka suara soal rumor rencana normalisasi dengan Israel.

Perbedaan mencolok juga terlihat dari cara kedua negara menjalin hubungan dengan Amerika Serikat. Hubungan MbS dengan Presiden Joe Biden terus memburuk, terlepas dari perhatian yang cukup besar yang telah diberikan AS kepada Riyadh selama ini.

MbS juga menegaskan Saudi mencoba untuk mencapai arah kebijakan luar negeri yang lebih independen. Padahal, sebelum MbS menjabat, relasi Saudi dan AS terbilang mesra.

Meskipun memiliki keprihatinan yang sama dengan Saudi tentang pengaruh Amerika di wilayah tersebut, UEA masih menjadi salah satu sekutu AS terdekat di kawasan saat ini. UEA juga menjadi salah satu konsumen senjata AS utama di Timur Tengah.(sumber: cnnindonesia.com)
 

Editor: Juniar

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami