Israel Tolak Resolusi DK PBB Soal Gaza: Tidak Ada Artinya
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DUNIA.
Israel menolak resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (DK PBB), yang menyerukan jeda kemanusiaan di Jalur Gaza.
Duta Besar Israel untuk PBB, Gildan Erdan, menyebut resolusi itu "tidak ada artinya", dan "tidak sesuai dengan kenyataan". Erdan juga menegaskan Israel sejauh ini bertindak sesuai dengan hukum internasional di Gaza.
"Sangat disayangkan dewan masih belum bisa mengutuk atau bahkan menyebutkan pembantaian yang dilakukan Hamas pada 7 Oktober, yang menyebabkan perang di Gaza," tulis Erdan di X (dulu Twitter), seperti dikutip Al Jazeera.
Dia juga menyebut Hamas dengan sengaja menggunakan strategi untuk memperburuk situasi kemanusiaan di Jalur Gaza, dan menambah jumlah korban warga sipil Palestina, untuk mendesak PBB dan DK PBB dalam upaya menghentikan Israel.
"Ini memalukan. Ini tidak akan terjadi," lanjutnya.
Ini adalah kali pertama DK PBB "satu suara" mengadopsi resolusi menyerukan jeda kemanusiaan di Gaza.
Sebanyak 12 negara anggota DK PBB mendukung resolusi, 12 menentang, dan tiga negara di antaranya Rusia, Amerika Serikat dan Inggris memilih abstain.
Resolusi yang diusulkan oleh Malta ini menyerukan dibukanya "koridor kemanusiaan di seluruh Jalur Gaza selama beberapa hari", serta mendorong diberikannya perlindungan bagi warga sipil terutama anak-anak.
Resolusi ini juga menyerukan pembebasan sandera tanpa syarat yang hingga kini diduga masih ditahan oleh milisi Hamas.
Sebelumnya utusan Amerika Serikat untuk PBB Linda Thomas-Greenfield mengecam anggota DK PBB, yang menurutnya masih belum mengecam Hamas.
"Saya merasa ngeri beberapa anggota dewan ini masih belum bisa mengutuk serangan teroris biadab yang dilakukan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober. Apa yang mereka takutkan? Tidak ada alasan untuk tidak mengutuk tindakan teror ini," ungkap Thomas-Greenfield.
Lebih dari sebulan agresi Israel di Jalur Gaza, lebih dari 11.500 warga sipil telah tewas per Rabu (15/11). Dari jumlah itu, 4.710 di antaranya adalah anak-anak, sementara 3.160 lainnya adalah perempuan.
Pada Rabu malam kemarin, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menyerbu dan menggeledah Rumah Sakit Al Shifa di Gaza, usai menuduh Hamas memanfaatkan fasilitas medis itu sebagai pusat komando.
Hamas telah membantah klaim tersebut, termasuk pengelola RS Al Shifa. Di rumah sakit itu, ada ribuan pengungsi dan ratusan pasien korban agresi Israel yang tengah dirawat dan membutuhkan pertolongan medis mendesak.(sumber: cnnindonesia.com)
Editor: Juniar
Reporter: bbn/net