search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Siapa Saja Bisa Olahraga Lari, Tubuh Bugar Pikiran Tenang
Rabu, 13 Desember 2023, 13:35 WITA Follow
image

beritabali.com/cnnindonesia.com/Siapa Saja Bisa Olahraga Lari, Tubuh Bugar Pikiran Tenang

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, NASIONAL.

Lari jadi olahraga sejuta umat. Ada yang bilang, lari ibarat sesuatu yang universal, siapa saja bisa mengikuti olahraga lari.

Tak melulu orang yang doyan berolahraga, lari digemari siapa saja. Tengok saja Lidya (27) yang mulai fokus melakukan olahraga lari setelah melahirkan anak kedua. Badannya tak se-singset dulu dan lebih mudah loyo karena jarang bergerak.

Satu bulan setelah si kecil lahir, Lidya benar-benar merasa kehilangan dirinya. Selain fisik, emosinya juga tidak stabil. Badan juga terasa sering lelah, padahal tak melakukan apa-apa.

Lidya sadar, harus ada yang dilakukannya. Misalnya, menyibukkan diri dengan hal bermanfaat dan menyenangkan, salah satunya menjajal kegiatan olahraga.

"Waktu itu yang terpikir nge-gym. Mikirnya di tempat gym, selain bisa olahraga, juga bisa ketemu banyak orang," kata Lidya mengawali kisahnya kepada CNNIndonesia.com, beberapa waktu lalu.

Namun, niat nge-gym ini urung karena berbagai pertimbangan. Selain jarak yang cukup jauh, harga yang lumayan bikin kocek meringis juga jadi sederet alasan Lidya tak jadi nge-gym. Ia juga sadar harus membedakan antara olahraga dan bersosialisasi.

Voila! Dipilih-lah lari dan jalan kaki sebagai solusi yang paling tokcer dan memungkinkan. Bulan Februari atau empat bulan setelah melahirkan si kecil, Lidya mulai rutin berlari.

"Jujur berat badan aku itu naik sampai 21 kilogram waktu itu. Berasa banget beratnya," kata Lidya.

Bagi Lidya, selain punya manfaat kesehatan yang sama baiknya dengan olahraga di pusat kebugaran, lari juga terbilang olahraga murah meriah.

"Tinggal niat saja. Kalau niat, pasti bisa," kata Lidya.

Setelah rutin berlari seminggu tiga kali, dengan diselingi olahraga senam bermodalkan YouTube di rumah, berat badan Lidya kini mulai normal. Dari yang semula 97 kilogram, kini sudah menyentuh angka 78 kilogram.

Olahraga yang universal tapi personal

Lain Lidya lain lagi Rahmat Nur Hakim (33). Praktisi komunikasi di salah satu lembaga swadaya ini memilih lari sebagai cara untuk menjaga stamina tetap bugar. Rahmat yang punya hobi naik gunung itu menjadikan lari sebagai salah satu olahraga agar tubuhnya tetap kuat ketika harus menjajal beberapa puncak di Indonesia.

Dia sendiri mengaku sudah lama bergelut dengan olahraga murah meriah ini. Terhitung sejak bangku SMA, Rahmat sudah aktif ikut olahraga lari.

"Sudah lama sekali. Sejak SMA kayaknya. Dulu, ya, sekali lari 30 menit cuma seminggu sekali. Kalau sekarang yang dihitung jarak, minimal 5k nonstop," kata Rahmat.Kini, Rahmat bahkan telah berhasil menjajal berlari 10 kilometer nonstop.

Selain menjaga stamina, bagi Rahmat, olahraga ini juga bisa jadi penghilang stres. Setelah lari, pikiran Rahmat biasanya kembali tenang dan tubuh terasa lebih bugar.

Bagi Rahmat, lari adalah olahraga yang sangat universal, tapi juga personal di sisi lain.

"Entah kenapa, ya, saya tuh setiap habis lari pikiran jadi terasa lebih tenang aja gitu," katanya.

Tak ada salahnya memang menyebut lari sebagai olahraga yang universal. Namun, dokter spesialis kesehatan olahraga di Eka Hospital BSD Maria Lestari mengingatkan agar lari tetap tak boleh dilakukan sembarangan. Meski terkesan mudah, lari juga bisa memicu cedera jika dilakukan asal-asalan.

"Hati-hati, semudah apa pun, risiko cedera itu ada. Termasuk lari juga bisa menyebabkan cedera," katanya.

Cedera yang paling umum terjadi ada di bagian lutut dan kaki. Oleh karena itu, pemanasan dan mengatur kecepatan lari yang sesuai juga perlu dilakukan agar kondisi tubuh tetap prima hingga bisa menghindari terjadinya cedera.

"Jangan lupa lakukan pemanasan, misalnya dengan dynamic warm up, ya, jangan stretching. Ini fungsinya untuk melancarkan aliran darah dan melemaskan otot," kata dia.

Selain itu, Maria juga menyarankan agar menggunakan pakaian yang sesuai saat melakukan olahraga ini. Salah satunya memilih sepatu yang nyaman dan pas digunakan.

"Sepatu sangat penting dalam olahraga lari. Jangan terlalu sempit, tapi juga tidak terlalu longgar. Pas di kaki dan elastisitasnya bagus, bukan yang kaku," kata dia.

Sisanya, memilih rute yang aman serta memenuhi kebutuhan cairan sebelum dan setelah lari.

"Intinya, semua bisa dan boleh lari, tapi tetap jangan sembarangan. Ikuti aturannya agar lari bisa memberi manfaat buat tubuh, bukan mudarat," kata dia.(sumber: cnnindonesia.com)

Editor: Juniar

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami