Penurunan Jumlah Gigi Bisa Picu Penyakit, Lansia di Bali Diminta Waspada
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Masyarakat Lanjut Usia (Lansia) di Bali banyak mengalami permasalahan gigi, utamanya jumlah gigi yang hilang atau dikenal dengan gigi ompong.
Hal tersebut diungkapkan drg. Steffano Aditya Handoko, MPH., Sp.Pros yang merupakan praktisi dan dosen di Universitas Udayana.
Menurutnya, penurunan jumlah gigi yang dialami kaum lansia dapat mengganggu kesehatan fisik. Hal ini menurutnya belum banyak disadari oleh masyarakat Bali.
“Hasil penelitian menunjukkan bahwa penurunan jumlah gigi mempengaruhi penurunan fungsi kognitif dan kekuatan fisik terhadap lansia,” ujarnya saat diwawancarai Rabu 6 Maret 2024 di Denpasar.
Hal itu dikarenakan seorang lansia tidak bisa menerima asupan nutrisi karena kekuatannya dalam mengunyah makanan melemah. Salah satu indikatornya bisa dilihat dari kekuatan menggenggam tangan.
Ini menurutnya lambat laun akan berdampak buruk terhadap kesehatan. Salah satunya akan meningkatkan risiko terjadinya Alzheimer dan keseimbangan postur terhadap lansia.
“Bisa memicu penyakit serius seperti stroke, diabetes melitus, dan kardiovaskular,” sebut dokter gigi Spesialis Gigi Tiruan (Prosthodonsia) ini.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengatasi hal ini adalah dengan pemasangan gigi tiruan. Dia menyadari, edukasi tentang penggunaan gigi tiruan di Bali belum dilakukan dengan baik.
Dari beberapa penelitian yang dia lakukan, banyak lansia mengeluhkan biaya pemasangan gigi tiruan yang mahal, takut sakit atau tidak nyaman pada saat pemakaian gigi tiruan, dan lamanya pembuatan gigi tiruan.
Baca juga:
gigi-di-denpasar-tetap-kompak-upgrade-ilmu-di-tengah-kisruh-uu-kesehatan" target="_self" title="Dokter Gigi di Denpasar Tetap Kompak " upgrade="">Dokter Gigi di Denpasar Tetap Kompak "Upgrade" Ilmu di Tengah Kisruh UU Kesehatan
Banyak masyarakat belum mengetahui bahwa gigi tiruan tersedia beberapa macam dan pilihan.
“Ada gigi tiruan cekat salah satunya implan dimana implan ini langsung tertanam di dalam tulang rahang sehingga memberikan perasaan nyaman saat mengunyah seperti gigi asli, dan ada juga gigi tiruan yg dapat dilepas pasang (Removable). Biayanya berbeda-beda. Menurut saya belum banyak informasi tentang biaya yang disampaikan kepada masyarakat,” sebutnya.
Editor: Redaksi
Reporter: bbn/rls