search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Kisah Tragis Balita 3 Tahun Tewas Usai Kejatuhan Bantuan Udara di Gaza
Kamis, 24 Oktober 2024, 07:38 WITA Follow
image

beritabali.com/cnnindonesia.com/Kisah Tragis Balita 3 Tahun Tewas Usai Kejatuhan Bantuan Udara di Gaza

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DUNIA.

Seorang anak laki-laki Palestina berusia tiga tahun tewas akibat kejatuhan bantuan dari udara untuk warga Jalur Gaza Palestina pada Sabtu (19/10).

Sami Ayyad, kakek anak laki-laki tersebut, mengatakan kepada CNN bahwa cucunya meninggal dunia setelah tertimpa bantuan yang dijatuhkan dari udara di Khan Younis.

Ayyad berujar keluarganya saat itu sedang sarapan dan sejumlah pesawat melintas di atas lokasi pengungsian mereka.

Pesawat-pesawat itu kemudian menjatuhkan paket bantuan tepat di lokasi pengungsian. Selama paket diterjunkan, anggota keluarganya beberapa berlindung di dalam tenda.

Namun, cucunya, Sami, tak sempat berlindung dan tertimpa paket yang jatuh. Cucunya pun tewas seketika.

"Saya duduk di sini bersama anak itu, dan saat saya meninggalkannya, paket itu jatuh mengenainya," kata Ayyad.

"Hanya selang satu detik, saya langsung menggendong dia dan berlari. Kami tidak punya rumah sakit, jadi saya terus berlari seperti orang gila namun anak itu meninggal dunia. Saya tidak bisa menyelamatkannya. Darah mulai keluar dari hidung dan mulutnya," tambah Ayyad seperti dikutip CNN.

Selain Sami, bibi dan sepupunya juga terluka akibat terkena paket bantuan. Masing-masing terluka di bagian kaki dan wajah.

Sejak agresi Israel diluncurkan ke Jalur Gaza, sejumlah negara mengirim bantuan melalui udara karena akses darat seringkali terhambat. Militer Zionis kerap memblokir perbatasan Gaza sehingga tak ada bantuan yang bisa memasuki daerah kantong tersebut.

Negara-negara yang mengirim lewat udara di antaranya Amerika Serikat, Inggris, Yordania, dan Uni Emirat Arab.

Menurut keluarga Ayyad, pengiriman bantuan dari udara memberikan penghinaan besar bagi warga Palestina. Rakyat Palestina layaknya binatang yang hanya bisa makan jika 'dilempar' makanan.

"Kami tidak menginginkan bantuan. Kami menginginkan martabat. Sudah cukup penghinaan yang kami terima dari negara-negara Arab, selain dari Israel. Mereka tidak memiliki belas kasih pada kami," kata Ayyad.

"Hidup kami diliputi penghinaan, kematian, kengerian. Saya tidur di malam hari tanpa tahu apakah saya bisa terbangun esok hari," ujar Paman Sami, Mohammad Ayyad.

Ia menambahkan, "Kami adalah manusia, bukan hewan yang bisa dijatuhkan makanan dari langit."

Berdasarkan data badan militer yang mengawasi distribusi bantuan di Palestina, COGAT, Uni Emirat Arab mengirim 81 paket makanan ke Khan Younis pada Sabtu. Total lebih dari 10.000 paket telah dijatuhkan ke wilayah tersebut dalam beberapa bulan terakhir.

Video CNN dari kamp di Khan Younis pada hari itu menunjukkan kardus-kardus paket bantuan tercap bendera UEA.

CNN telah menghubungi UEA untuk meminta komentar. Namun belum ada tanggapan dari negara tersebut.

Menurut laporan yang didukung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sekitar 1,84 juta warga Palestina saat ini dilanda kerawanan pangan akut imbas blokade Israel di perbatasan.

Badan-badan hak asasi manusia (HAM) berulang kali menyayangkan pengiriman bantuan melalui udara karena tak efisien untuk sampai ke tangan warga. Mereka pun mengutuk alternatif tersebut dan mendesak pihak berwenang Israel mencabut pembatasan di perbatasan agar bantuan darat bisa memasuki Gaza. (sumber: cnnindonesia.com)


 

Editor: Juniar

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami