Kenali Penyebab Migrain saat Hamil, PAFI Berikan Solusi Pengobatan
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, NASIONAL.
Berbicara tentang gangguan kesehatan pada ibu hamil, salah satu yang sering dialami saat masa kehamilan adalah sakit kepala sebelah atau migrain. Migrain adalah rasa sakit disertai nyeri berdenyut yang biasanya hanya terjadi di satu sisi kepala.
Selama mengalami migrain, bumil merasakan pusing atau bahkan sensasi kesemutan dan kelemahan pada tubuh. Akibatnya ibu hamil merasakan perubahan mood, gelisah hingga sulit untuk istirahat. Hal ini cukup berbahaya, sehingga membutuhkan pengobatan dengan segera. Prevalensi migrain saat hamil berkisar 2-10%.
PAFI dengan alamat website pafitigaraksa.org adalah salah satu organisasi kesehatan terbesar di Indonesia, yang sangat peduli dengan kesehatan masyarakat. Persatuan Ahli Farmasi Indonesia mendukung serta terus memfasilitasi penelitian untuk meningkatkan pengetahuan ilmiah dan teknologi kefarmasian. Selain itu, PAFI berperan juga dalam meningkatkan mutu pendidikan farmasi dan pengembangan sumber daya manusia.
Organisasi kesehatan PAFI aktif dalam memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai penyebab migrain saat hamil serta rekomendasi obat yang bisa dikonsumsi bagi penderitanya.
Apa saja faktor penyebab terjadinya migrain saat hamil?
Pada umumnya, sakit kepala sebelah atau migrain bisa berlangsung berjam-jam hingga berhari-hari dan dapat menimbulkan ketidaknyamanan yang signifikan. Meski sering dianggap wajar, migrain yang tidak ditangani dengan baik dapat meningkatkan risiko komplikasi kehamilan seperti kelahiran prematur, preeklampsia, dan berat badan bayi lahir rendah.
Berikut adalah beberapa faktor penyebab terjadinya migrain selama masa kehamilan yang perlu diperhatikan meliputi:
1. Adanya perubahan hormon selama kehamilan
Perubahan hormon, khususnya hormon estrogen, adalah penyebab utama migrain selama kehamilan. Pada trimester pertama, kadar estrogen mengalami fluktuasi yang cukup besar dan belum stabil, sehingga dapat memicu serangan migrain. Estrogen berperan dalam mengatur neurotransmiter dan pembuluh darah di otak, sehingga perubahan kadar hormon ini menyebabkan pembuluh darah melebar atau menyempit secara tidak normal, memicu nyeri kepala berdenyut.
Pada beberapa ibu hamil, migrain justru membaik di trimester kedua dan ketiga karena kadar hormon menjadi lebih stabil, tetapi tidak sedikit juga yang tetap mengalami migrain sepanjang kehamilan.
2. Peningkatan dan perubahan pada tekanan darah
Selama kehamilan, volume darah dalam tubuh ibu meningkat hingga 30-50% untuk mendukung kebutuhan janin. Peningkatan volume darah ini menyebabkan pembuluh darah melebar dan tekanan pada saraf-saraf di sekitar otak meningkat, sehingga memicu rasa sakit kepala migrain. Selain itu, perubahan tekanan darah yang tidak stabil juga dapat menjadi pemicu migrain.
3. Faktor gaya hidup dan pola tidur
Kurang tidur atau tidur yang tidak berkualitas merupakan faktor pemicu migrain yang signifikan. Ibu hamil yang mengalami gangguan tidur, seperti insomnia atau sering terbangun di malam hari, lebih rentan mengalami migrain. Sebaliknya, tidur berlebihan juga dapat memicu migrain pada beberapa orang. Selain itu, stres fisik dan emosional akibat kelelahan, kecemasan, atau tekanan psikologis selama kehamilan juga dapat memperparah frekuensi dan intensitas migrain.
4. Dehidrasi dan pola makan
Kurangnya asupan cairan atau dehidrasi sering terjadi pada ibu hamil, terutama jika mengalami mual dan muntah hebat (morning sickness). Dehidrasi menyebabkan penurunan volume cairan tubuh dan ketidakseimbangan elektrolit, yang dapat memicu migrain. Selain itu, konsumsi makanan tertentu juga dapat menjadi pemicu migrain, seperti makanan yang mengandung monosodium glutamat (MSG), keju, coklat dan produk fermentasi.
5. Perubahan cuaca dan kurang aktivitas fisik
Faktor terakhir yang menyebabkan migrain selama kehamilan adalah perubahan cuaca yang drastis, seperti perubahan suhu, kelembapan, atau tekanan udara, juga dapat menjadi pemicu migrain. Beberapa ibu hamil mungkin lebih sensitif terhadap perubahan ini sehingga migrain mudah kambuh. Selain itu, ibu hamil yang kurang melakukan aktivitas fisik atau olahraga ringan cenderung lebih rentan mengalami migrain. Aktivitas fisik yang teratur dapat membantu meningkatkan sirkulasi darah dan mengurangi stres, sehingga dapat menurunkan risiko migrain.
Apa saja obat yang tepat untuk mengobati migrain saat hamil?
PAFI (Persatuan Ahli Farmasi Indonesia) telah melakukan penelitian lanjut mengenai penyebab utama dari migrain pada ibu hamil. Berikut adalah beberapa jenis obat yang umum digunakan untuk mengurangi gejala migrain selama kehamilan serta membantu mengelola kondisi tersebut meliputi:
1. Paracetamol
Paracetamol adalah obat pereda nyeri yang paling direkomendasikan oleh apoteker dan dianggap aman untuk digunakan selama kehamilan, termasuk untuk mengatasi migrain. Obat ini tidak menunjukkan risiko signifikan terhadap janin bila digunakan sesuai dosis yang dianjurkan.
Paracetamol bekerja dengan menghambat enzim siklooksigenase (COX) di sistem saraf pusat dan menurunkan produksi prostaglandin yang menyebabkan nyeri dan demam. Obat ini diberikan apoteker dengan dosis biasanya 500-1000 mg setiap 4-6 jam, maksimal 4 gram per hari. Contoh obat seperti sanmol, panadol, dumin dan biogesic.
2. Sumatriptan
Sumatriptan adalah obat golongan triptan yang digunakan khusus untuk mengatasi serangan migrain dengan mekanisme kerja menstimulasi reseptor serotonin (5-HT1) sehingga menyebabkan penyempitan pembuluh darah di otak dan menghambat transmisi nyeri.
Sumatriptan dapat digunakan pada ibu hamil jika migrain tidak membaik dengan paracetamol dan jika manfaatnya lebih besar daripada risiko potensial. Studi dari PAFI menunjukkan sumatriptan relatif aman, terutama bila digunakan sesekali dan diresepkan langsung oleh apoteker.
Selain mengonsumsi obat-obatan, beberapa cara lain untuk mengurangi gejala sakit kepala sebelah atau migrain selama kehamilan adalah lebih banyak minum air putih, tidur yang cukup, konsumsi makanan sehat terutama yang mengandung vitamin B2, serta rutin olahraga ringan.
Beberapa sumber makanan sehat selama kehamilan yang mengandung vitamin B2 seperti ikan teri, sarden, salmon, daging merah, jamur, dan biji-bijian. Sebaliknya, hindari makanan yang dapat memicu migrain seperti telur, produk susu, buah sitrus, dan cokelat. Bumil juga disarankan untuk olahraga ringan seperti jalan kaki atau yoga, agar membantu mengendalikan berat badan dan mengurangi stres, sehingga menurunkan risiko migrain.
Penting untuk selalu berkonsultasi dengan apoteker agar mendapatkan rekomendasi obat serta dosis yang sesuai.
Editor: Redaksi
Reporter: bbn/adv