Perang Rusia-Ukraina Menggila, Waktunya Balas Dendam
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DUNIA.
Konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina tampaknya masih belum mereda, justru saat ini kedua negara tersebut semakin 'panas' dalam berperang.
Kabar terbarunya, komandan pasukan darat paling senior di Ukraina mengirim sinyal kuat soal balas dendam yang digadang-gadang dan akan segera datang.
Melansir CNBC International, Kolonel Jenderal Oleksandr Syrskyi mengungkapkan bahwa angkatan bersenjata Ukraina akan meluncurkan serangan balasan "habis-habisan". Hal ini dilakukan guna merebut kembali semua wilayah yang hilang.
Komentar tersebut muncul saat pasukan Rusia dilaporkan menderita di Donetsk, Ukraina Timur. Meski belum menyerah di Bakhmut, tentara Rusia dilaporkan sudah kehilangan tenaga dan amunisi.
Para analis mengatakan serangan Rusia di sekitar Bakhmut seperti sudah kehilangan momentum setelah tujuh bulan pertempuran brutal dan tidak ada ampun. Hal ini juga yang menyebabkan sebagian besar wilayah Bakhmut hancur. Diperkirakan ada ribuan tentara tewas di kedua sisi.
Ini pun seiring dengan munculnya pemberitaan Bloomberg, bahwa pasukan bayaran Rusia dari kelompok Wagner akan mengurangi keterlibatan dalam konflik pasca perselisihan dengan Kementerian Pertahanan Rusia. Meski, berita tersebut telah dibantah pemimpinnya Yevgeny Prigozhin.
"Tanpa menyisihkan apa pun, mereka kehilangan kekuatan yang cukup besar," kata Syrskyi di Telegram, dikutip Minggu (26/3/2023).
"Segera kami akan memanfaatkan kesempatan ini, seperti yang pernah kami lakukan di dekat Kyiv, Kharkiv, Balakliya, dan Kupiansk," tambahnya.
Syrskyi mengatakan tentara di garis depan di Bakhmut telah menunjukkan ketahanan, keberanian, dan keberanian manusia super. Terutama, dalam menghadapi "tembakan artileri dan pesawat musuh yang terus-menerus".
Ukraina memang diketahui mengisyaratkan akan melancarkan serangan balasan pada musim semi. Tetapi menunggu kedatangan lebih banyak persenjataan Barat.
Pada update sebelumnya, Slovakia akan mengirimkan jet tempur ke Ukraina. Sedangkan Inggris dilaporkan akan mengirim senjata mematikan baru ke Kyiv, depleted uranium.
Depleted uranium merupakan sebuah peluru yang diciptakan dari limbah uranium dan termasuk salah satu senjata paling berbahaya di dunia. Ini mampu untuk menembus tank Abrams sampai baja yang sangat tebal sekalipun.
Penggunaan depleted uranium disebut Menteri Pertahanan Inggris Annabel Goldie. Hal tersebut dinyatakan dalam pernyataan tertulis kepada wartawan.
"Bersamaan dengan pemberian kami satu skuadron tank tempur utama Challenger 2 ke Ukraina, kami akan menyediakan amunisi termasuk peluru penembus lapis baja yang mengandung depleted uranium," kata Goldie.
"Amunisi seperti itu sangat efektif dalam mengalahkan tank modern dan kendaraan lapis baja," tambahnya.
Hal ini pun membuat geram Presiden Rusia Vladimir Putin. Di PBB, depleted uranium sendiri digambarkan sebagai logam berbahaya, sangat beracun secara kimiawi dan radiologis.
"Inggris... mengumumkan tidak hanya pasokan tank ke Ukraina, tetapi juga selongsong peluru uranium," kata Putin kepada wartawan setelah pembicaraan di Kremlin dengan Presiden China Xi Jinping, Selasa malam waktu setempat dikutip AFP.
"Jika ini terjadi, Rusia akan dipaksa untuk bereaksi," tegasnya.
Tak jelas apa reaksi yang akan dilakukan Rusia. Namun Putin kerap kali mengancam eskalasi perang dan kemungkinan penggunaan nuklir jika Barat memprovokasi.
Sementara itu, munculnya surat penangkapan Putin yang dikeluarkan Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) di Belanda semakin membuat panas Rusia. Mantan Presiden Dmitry Medvedev mengatakan upaya oleh negara manapun untuk menangkap Putin dengan surat perintah ICC akan dianggap sebagai "deklarasi perang".
"Mari kita bayangkan. Jelas, itu adalah situasi yang tidak akan pernah terjadi," tegasnya dikutip Reuters.
"Namun demikian, mari kita bayangkan situasi ini menjadi kenyataan - seorang pemimpin petahana negara nuklir telah tiba, misalnya, di Jerman, dan ditangkap," tambahnya.
"Apa ini? Deklarasi perang terhadap Federasi Rusia," kata Medvedev lagi.
Medvedev, yang kini menjadi wakil ketua dewan keamanan Rusia juga menegaskan kembali bahwa negaranya tidak akan mematuhi yurisdiksi ICC yang bermarkas di Den Haag, Belanda itu. Surat perintah tersebut adalah yang pertama dikeluarkan ICC sebagai tanggapan atas perang di Ukraina, selama hampir 13 bulan.(sumber: cnbcindonesia.com)
Editor: Juniar
Reporter: bbn/net