search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Pandemi, Tradisi Omed-omedan di Sesetan Digelar Tanpa Penonton
Senin, 15 Maret 2021, 10:10 WITA Follow
image

beritabali/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Di tengah situasi pandemi Covid-19, tradisi Omed-omedan di Banjar Kaja, Sesetan Denpasar akan tetap digelar usai perayaan Hari Raya Nyepi itu pada Senin, 15 Maret 2021 hanya diikuti 3 pasangan dan tanpa penonton.

Kelian Adat Banjar Kaja, I Made Sudama mengatakan, keputusan itu ditetapkan setelah melakukan pembahasan dengan pihak adat.

"Berhubung pandemi Covid-19 belum berakhir, untuk tahun 2021, Sesetan Heritage Omed-omedan Festival (SHOOF) ditiadakan. Akan tetapi untuk tradisi Omedan-omedan tetap diaksanakan, itupun sangat singkat karena kami lebih mengutamakan prosesi ritualnya seperti tahun sebelumnya dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan yang sangat ketat," katanya di Denpasar, Kamis (11/03/21) dikutip dari Liputan6.com.

"Prosesinya hanya diikuti tiga pasangan, yakni 3 orang laki-laki dan 3 perempuan yang ditunjuk mengikuti prosesi," ujar dia.

Ia menyebut, selain tiga orang pasangan tadi, beberapa pihak juga dilibatkan di antaranya prajuru (pengurus) banjar, Kepala lingkungan, Jro mangku, anak sekaa truna (karang taruna) yang sudah dipilih, para penabuh yang terbatas, serta tenaga medis.

"Omed-omedan digelar di dalam banjar tepatnya di depan merajan banjar. "Kita tidak ingin terjadi cluster Covid-19 karena ini (omed-omed)," ujarnya.

Sudama melanjutkan, sebelum acara berlangsung para peserta akan dicek kondisi tubuhnya untuk memastikan kesehatan. Tradisi itu akan dikawal ketat dijaga pecalang dan dan pihak keamanan. 

"Kami juga tidak ada mengundang karena acara ini tertutup untuk umum, bahkan warga banjar pun kami harapkan tidak datang menonton," ucap Sudama.

Sementara itu, pihaknya menekankan esensi ritual, tradisi yang dilakukan sehari setelah Nyepi saat Ngembak Geni itu digelar sebagai wujud tolak bala. Sebelum pandemi Covid-19 mewabah, tradisi ini merupakan momentum yang ditunggu-tunggu. Bahkan dijadikan semacam gelaran festival.

"Ada kepercayaan di wilayah kami, bagaimana pun kondisinya harus tetap digelar, kami tidak berani meniadakannya," ucapnya.

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami