search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Belasan Ribu Hektar Hutan Jembrana Rusak
Senin, 9 Februari 2009, 17:31 WITA Follow
image

images.google.com

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, JEMBRANA.

Dari 41 ribu hektar lebih luas hutan yang masuk wilayah Kabupaten Jembrana, 11 ribu hektar lebih diantaranya telah mengalami kerusakan. Dari jumlah luasan hutan yang rusak tersebut, 8.914 hektar merupakan hutan lindung sedangkan sisanya hutan produksi. Kerusakan hutan ini diduga menjadi salah satu faktor terjadinya banjir di Jembrana beberapa waktu yang lalu.

Dari data yang diperoleh di Dinas Perkutut Jembrana, puncak kerusakan hutan terjadi pada dekade euforia reformasi atau setelah tahun 1998. Dari data tersebut, sebagian besar kawasan hutan lindung dialihfungsikan dan dikerjakan secara ilegal menjadi areal penanaman tanaman budidaya produktif dengan dalih kepentingan sosial, ekonomi, dan politis. Jenis tanaman yang diusahakan antara lain coklat, kopi, cengkeh, pisang, durian dan nangka.

Kabid Kehutanan Dinas Perkutut Jembrana, Subaktyanu D, saat ditemui, Senin (9/2) mengatakan sejatinya hutan di Jembrana tidak gundul melainkan berubah fungsi saja yang terlihat dari adanya pergantian tanaman hutan.

"Bila sebelumnya berdiri pohon-pohon hutan, namun saat ini banyak diganti dengan jenis pohon lain. Namun sekarang sekitar 30 persen hutan di Jembrana berubah fungsi," terangnya. Lanjutnya, dari total kerusakan hutan tersebut, dari kurun waktu tahun 2002 hingga tahun 2008 telah dilakukan reboisasi dan rehabilitasi lahan sebanyak 17 persen (2.424 hektar lebih).

Subaktyanu mengakui kalau kalau kerusakan hutan merupakan salah satu variabel pemicu banjir. "Sebenarnya ada variabel lainnya selain kerusakan hutan," ucapnya. Menurut Subaktyanu, selain hutan, banyaknya kawasan di Jembrana yang telah berubah menjadi pemukiman penduduk. "Pastilah, kalau sudah ada pemukiman sarana penunjangnya seperti vaping rumah dan jalan beraspal pasti muncul.


Munculnya kawasan pemukiman ini kan tidak satu saja tapi banyak. Itu artinya semakin banyak kawasan resapan air yang dikurangi sehingga air menggenangi wilayah minim resapan ini," terangnya. 

Reporter: bbn/dey



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami