search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Rusia Sakti, "Bom" Baru Putin Pasti Buat Eropa Resesi
Kamis, 28 Juli 2022, 09:23 WITA Follow
image

beritabali.com/cnbcindonesia.com/Rusia Sakti, "Bom" Baru Putin Pasti Buat Eropa Resesi

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DUNIA.

"Serangan" baru Rusia ke pasokan gas Eropa diyakini akan membawa dampak signifikan. Hanya beberapa hari setelah raksasa gas Gazprom mengumumkan akan melanjutkan pasokan melalui pipa Nord Stream 1, Moskow tiba-tiba mengumumkan akan menguranginya alirannya.

Kapasitas maksimal gas yang dapat dialirkan melalui Nord Stream 1 adalah sekitar 160 juta meter kubik (mcm) per hari. Ini sekitar 55 miliar meter kubik (bcm) per tahun. Namun sejak Juni, gas yang dialirkan hanya 40 persen saja. Per Rabu kemarin, Eropa hanya mendapat 20 persen gas dari Rusia saja.

Gazprom mengatakan haya akan menyalurkan 33 juta meter kubik (mcm) gas per hari. Padahal itu setengah dari pasokan saat ini, yang memang sudah kurang bagi Benua Biru dan mengancam Eropa dalam krisis energi.

"Karena berakhirnya waktu yang ditentukan sebelum perbaikan ... Gazprom mematikan satu lagi mesin turbin gas yang diproduksi oleh Siemens di Porovaya," kutipan perusahaan dalam Twitternya.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, mengatakan langkah itu adalah "perang gas" dengan Eropa karena sanksi membela negaranya. Menteri ekonomi Jerman, Robert Habeck, mengatakan alasan bahwa pemeliharaan adalah alasan pengurangan pasokan adalah "lelucon".

Langkah baru Rusia ini menempatkan Eropa dalam situasi yang sulit. Benua itu harus bersaing dengan inflasi yang merajalela, perang di Ukraina dan rantai pasokan yang sudah bermasalah setelah pandemi Covid-19.

Wilayah ini sebelumnya telah menerima sekitar 45 persen dari pasokan tahunannya dari Rusia. Sumber alternatif, seperti gas alam cair (LNG) AS, mungkin tidak dapat menggantikan hidrokarbon Rusia dengan cukup cepat.

"Biaya energi yang tinggi mendorong Eropa Barat menuju resesi," kata S&P Global Market Intelligence dalam sebuah laporan terbaru.

"Perkiraan Juli kami sudah memasukkan kontraksi kuartal kedua yang ringan dalam PDB riil di Inggris, Italia, Spanyol, dan Belanda," tambah lembaga itu lagi.

"... kemunduran lain kemungkinan terjadi pada kuartal keempat karena pasokan energi yang tidak dapat diandalkan."

Sementara itu, pemerintah Uni Eropa (UE) membalas Rusia dengan sepakat untuk menjatah gas alam di musim dingin mendatang. Ini menjadi upaya baru untuk melindungi diri dari pemotongan pasokan lebih lanjut oleh Rusia.

Para menteri energi blok menyetujui rancangan undang-undang Eropa yang bertujuan untuk menurunkan permintaan gas sebesar 15 persen melalui musim gugur dan ke musim semi berikutnya. Ini sekitar Agustus tahun ini hingga Maret 2023.

Hanya saja, rencana penjatahan gas tersebut juga nyatanya tak disepakati dengan suara bulat. Sejumlah negara memiliki perbedaan pendapat.

Hal itu pun menjadi sesuatu yang 'wajar' di mata para ekonom. Karena penjatahan penggunaan gas pasti akan berdampak pada sejumlah industri di Eropa.

"Penjatahan terutama akan berdampak pada industri padat energi seperti pembuat mobil, perusahaan kimia, dan penambangan kripto. Hal itu tidak dapat dikesampingkan," kata Simon Tucker, kepala energi, utilitas, dan sumber daya global di Infosys Consulting.

Menurutnya, negara-negara Eropa harus melakukan semua yang mereka bisa untuk mengisi kembali cadangan gas sebelum cuaca dingin. Ini berarti tak sekadar mengurangi penggunaan energi, tetapi juga meningkatkan pasokan.

"Kami sudah melihat peningkatan besar dalam pengiriman LNG dari Timur Tengah dan Amerika Utara, tetapi negara-negara perlu mempercepat modernisasi infrastruktur mereka sendiri," jelasnya.

"Pengerahan massal alternatif energi domestik rendah karbon seperti reaktor nuklir mini dan energi terbarukan masyarakat bukan hanya 'menyenangkan untuk dimiliki', tetapi juga penting jika kita ingin keluar dari krisis ini dengan lebih kuat," tambahnya.

Masalahnya, program modernisasi infrastruktur tersebut dinilai membutuhkan waktu yang lama sehingga Eropa kemungkinan akan merasakan lebih banyak kesulitan ekonomi dalam waktu dekat.

"Ketika rencana penjatahan energi untuk musim dingin disepakati, kami memprediksi bahwa kondisi keuangan yang lebih ketat di Eropa akan menyebabkan reaksi yang jauh lebih buruk dalam ekonomi riil, mengingat sikap dalam tabungan, leverage rumah tangga, dan neraca perusahaan. Musim dingin sedang 'mengetuk pintu' Eropa," tutup Citi.(sumber: cnbcindonesia.com)


 

Editor: Juniar

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami