search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Pemujaan Dewa Kemakmuran
Sabtu, 13 Oktober 2007, 13:16 WITA Follow
image

Beritabali.com

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, BADUNG.

Pura Penataran Agung Pucak Mangu, adalah salah satu kahyangan yang ada di Bali dengan lokasi di lereng Gunung Mangu atau juga sering disebut Pucak Gunung Tinggan.

 

Pura ini menjadi kahyangan jagat yang artinya diakui statusnya sebagai sungsungan umat Hindu di jagat ini.

Bagaimana suasana dan kondisi Pura Penataran Agung Pucak Mangu? Keberadaan kahyangan yang satu ini, mempunyai kondisi alam yang sangat mendukung sebagai kahyangan jagat. Di samping alamnya mendukung, juga alamnya masih sangat asri, sejuk, nyaman dan penuh dengan panorama keindahan alamnya.

Perjalanan sepanjang Denpasar hingga lokasi pura sangat memberikan kesan menakjubkan. Di sisi kiri dan kanan jalan terdapat hamparan sawah, pegunungan dari kejauhan, di samping ladang penuh dengan areal perkebunan. Juga perkampungan penduduk tertata dengan rapi sepanjang jalan.

Jarak yang ditempuh dari Denpasar menuju pura sekitar 50 KM yang diperkirakan menghabiskan waktu perjalanan kurang lebih satu jam. Perjalanan didukung dengan kondisi jalan yang sangat bagus dan hanya ditemukan tanjakan yang tidak begitu banyak, juga tidak begitu terjal.

Begitu juga perjalanan menuju pura dapat dipilih melalui berbagai jalan utama. Bisa dari arah utara melalui jalan Gitgit, bisa dari arah timur atau Kintamani, juga bisa dari arah barat, melalui arah Desa Luwus, dan jalan paling umum adalah dari jalan jurusan Denpasar Petang, begitu juga umat dari Gianyar, Tabanan akan lebih bagus melalui jalan jurusan Denpasar-Petang.

Sampai di pura, akan terlihat suasana pura yang sangat bagus. Pelataran pura tempat sembahyang juga cukup luas. Sebagai kahyangan jagat, tempat melakukan sembahyang ditata dengan kebutuhan umat. Di mana tata ruang antara madya mandala dengan utama mandala tidak disekat dengan tembok panyengker. Tembok panyengker hanya ditemukan untuk batas antara nista mandala dengan madya mandala.

Sementara di antara madya mandala dengan utama mandala tampak dengan alam terbuka. Begitu juga di utama mandala, seolah-olah dibagi menjadi dua mandala. Pembagian ini hanya ditata dengan lokasi yang lebih tinggi dan rendah. Sementara persembahyangan dilakukan di utama mandala bagian bawahnya. Di utama mandala bagian atas terdapat palinggih-palinggih yang berjejer rapi memanjang dari timur ke barat.

Masing-masing palinggih mempunyai pemujaan atau panyawangan pura-pura besar yang ada di Bali. Pura Penataran Agung Pucak Mangu ini adalah penataran atau panyawangan dari Pura Pucak Mangu yang berada kurang lebih 5 km dari pura penataran. Boleh dikatakan Pura Penataran adalah duplikatnya Pura Pucak Mangu. Namun, fungsinya sama, tidak ada perbedaan. Hanya saja, palinggih ditemukan lebih banyak di pura penataran.

Untuk menuju Pucak Mangu harus rela berjalan kaki selama 1 jam dengan mendaki gunung yang cukup jauh dari pura penataran. Kalau ingin langsung ke pucak, umat diharapkan sejenak ke Pura Penataran dengan menghaturkan canang sari sebagai pakeling. Sehingga perjalanan bisa berjalan dengan baik dan lancar.

Secara geografisnya, Pura Pucak Mangu (Baca : Penataran/Pucaknya) terletak di Banjar Tinggan, Desa Pelaga, Kecamatan Petang, Badung. Dengan topografinya berada pada ketinggian 2.020 dari permukaan laut, yang berada di tengah-tengah hutan yang cukup lebat.

Mengapa leluhur kita memilih pura di pegunungan? Inilah ciri manusia pada zaman dulu. Gunung adalah menjadi spirit alam yang selalu memberikan kemakmuran kepada umat manusia. Apalagi melihat atau menyaksikan dari lokasi Pura Pucak Mangu, persis berada di sisi tiga danau, yaitu Danau Beratan, Danau Buyan dan Danau Tamblingan. Ketiga danau ini sangat diyakini sebagai pusat kemakmuran.

Terlebih gunung-gunung yang berada di lokasi pura, adalah karya Hyang Widhi yang penuh dengan anugrahnya. Kayu-kayu yang memberikan perlindungan, menyerap air hujan, lalu mengalirkan kembali melalui sungai-sungai. Sangat memungkinkan umat manusia akan menjadi bahagia atas anugrah Tuhan. Tidak salah kalau banyak pura berdiri di pegunungan sebagai hulunya dan di tepi laut sebagai hilirnya. Suatu konsep yang diyakini menjadi dualitas yang menjadi sumber kemakmuran.

Di satu sisi, pura yang berada di pegunungan akan memberikan pancaran vibrasi kesucian yang amat tinggi. Memberikan kesejukan pikiran dan memberikan kenyamanan yang tiada tara. Belum lagi pandangan dialihkan ke berbagai penjuru, akan terlihat kerlip-kerlip indahnya alam. Suatu anugrah Tuhan yang sulit dibayangkan. Inilah menjadi fokus seorang spiritual di zaman dulu,

yang mampu mewujudkan alam menjadi tempat yang dijadikan konsentrasi menuju, memuja dan mendekatkan diri kepada Hyang Widhi.

Jadi, gunung bagi umat Hindu adalah kawasan suci yang menjadi spirit hidup dan tempat menggantungkan harapan hidup bagi umat manusia. Tanpa gunung, alam akan kering, bahkan kehidupan manusia dan alam pendukungnya akan terganggu. Sehingga gunung sangat disucikan dan dijadikan media pemujaan untuk Tuhan.

Reporter: bbn/ctg



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami