search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Puluhan Bocah Ngambeng Ke Rumah-Rumah
Minggu, 6 April 2008, 16:02 WITA Follow
image

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, GIANYAR.

Puluhan bocah hari Minggu (6/4), sejak pagi terlihat di jalan-jalan di lingkungan desa Bedulu, Blahbatuh, Gianyar. Bahkan, mereka terlihat memasuki rumah-rumah penduduk. Apa yang dilakukannya? Berdasarkan pantauan beritabali.com di lapangan, ternyata mereka memasuki rumah penduduk untuk meminta pelbagai hasil bumi untuk kegiatan Upacara agama atau Odalan di Pura Samuan Tiga, Bedulu, Blahbatuh yang jatuh pada tanggal 20 April mendatang.


Dan kegiatan ini memang tergolong unik, karena sangatlah jarang menjelang odalan di Pura, anak -anak masuk rumah beramai -ramai untuk meminta pemilik rumah menyerahkan sejumlah hasil bumi yang dimiliki. Terus apa makna tradisi unik ini? Seperti yang dijelaskan oleh, I Wayan Patra, Ketua Paruman Pura Samuan Tiga mengatakan kegiatan ini sudah dilakukan sejak berdirinya Pura Samuan Tiga di abad ke X , dan tradisi ini dilakukan secara turun -temurun di Desa Pekraman Bedulu, Blahbatuh, Gianyar.


Terus kenapa dilakukan oleh anak-anak, kenapa enggak orang dewasa? menurut kepercayaan penduduk setempat anak-anak tersebut dianggap lugu, dan perawan. Dan anak-anak yang rata-rata berumur 8-13 tahun tersebut dianggap sebagai simbolis Dewa yang memberikan piteket ( tanda) kepada penduduk bahwa odalan bakal tiba, dan penduduk diharapkan untuk bersiap sedia menyambut odalan. "Tradisi ngambeng ( mempertajam) atau piteket ini merupakan tradisi turun temurun di wilayah kami menjelang odalan di Pura Samuan Tiga, " jelasnya.


Terus, sejak kapan dilakukan? ditanya seperti ini Patra mengatakan mereka melakukannya dengan spontan pada saat 15 hari sebelum odalan dimulai, dan hal ini dilakukan selama 1 Minggu, setelah mereka mendapatkan hasil bumi dan diserahkan kepada pengurus Pura, mereka mendapatkan ganti ( pica) berupa makanan untukdibawa pulang. " Tradisi ini tetap berkembang sampai sekarang, " ungkapnya. 

 

Reporter: bbn/ctg



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami