search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Kehidupan Murid Sekolah Rakyat (SR) di Bali Tahun 1930-an
Rabu, 8 Juni 2016, 06:05 WITA Follow
image

bbn/ilustrasi/wikimedia

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, JEMBRANA.

Beritabali.com, Denpasar. Sebelum bernama Sekolah Dasar atau SD seperti saat ini, dulu pendidikan dasar di Indonesia dikenal dengan sebutan Sekolah Rakyat atau SR. Bagaimana gambaran kehidupan para murid Sekolah Rakyat tempo dulu saat pergi ke sekolahnya ? 
 
Gambaran tentang kehidupan murid Sekolah Rakyat (SR) tempo dulu ini antara lain terdapat dalam buku :  "Biografi Sang Guru, Sebuah Memoar Tentang Perjuangan dan Pengabdian, Drs. I Nyoman Sirna MPH", yang ditulis Indrawati Muninjaya. Buku ini menceritakan kehidupan seorang tokoh bernama, Nyoman Sirna, yang lahir 25 Juni 1925 di Desa Penyaringan, Jembrana, Bali.
 
Memasuki usia 9 tahun atau sekitar tahun 1934, ayah Nyoman yang bernama Wayan Raos, menyekolahkannya di Sekolah Rakyat di Desa Tegalcangring, Jembrana. 
 
Dari rumahnya di Penyaringan, untuk bersekolah ke Tegalcangring jaraknya cukup jauh untuk ukuran anak anak. Hari pertama sekolah, Nyoman diantar ayahnya hingga jam pulang.
 
Hari kedua, Nyoman pergi sekolah sendiri dengan berjalan kaki. Agar tidak terlambat sekolah, Nyoman harus bangun tidur saat subuh.
 
Setelah bangun pagi, Nyoman mandi di selokan atau saluran irigasi di dekat rumahnya. Di sana airnya selalu jernih.
 
Sebelum berangkat, Nyoman akan ke dapur dan mengambil "tekor" (daun pisang yang dilipat sehingga menyerupai piring) yang sudah berisi nasi serta lauk pauknya. Bekal itu disipakan ibunya yang sudah bangun lebih pagi untuk menyiapkan sarapan.
 
Di lain waktu Nyoman bangun lebih pagi. Nyoman suka mandi di sungai dalam perjalanan ke sekolah, karena air sungainya lebih besar dan airnya cukup deras. Ia bisa berenang dan menyelam.
 
Di perjalanan, Nyoman akan bergabung dengan anak-anak lainnya. Semuanya berjalan kaki sambil makan nasi di tekor. Apabila nasi sudah habis, mereka akan berhenti sebentar dan minum air mentah di kali atau saluran irigasi. Airnya jernih, sejuk dan segar.
 
Sayangnya anak-anak perempuan waktu itu tidak semuanya mau bersekolah. Hanya anak perempuan yang mau saja pergi sekolah. Kebanyakan anak perempuan tinggal di rumah, membantu orang tua mereka bekerja di dapur, di tegalan, atau sawah.[bbn/psk]

Reporter: bbn/psk



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami