search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
IDI: Bahaya Vaksin Palsu Tergantung Isinya
Sabtu, 16 Juli 2016, 07:40 WITA Follow
image

bbn/ilustrasi

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, NASIONAL.

Beritabali.com, Jakarta. Wakil Ketua Pengurus Besar (PB) Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Daeng Muhammad Faqih mengatakan, bahaya vaksin palsu tergantung isinya. Apabila isi vaksin palsu itu racun, maka akan membahayakan.
 
"Seberapa bahayanya (Vaksin palsu) itu tergantung isinya, kalau misalnya isinya racun berbahaya meracuni tubuh kalau misalnya isinya air tidak berbahaya tapi tidak berkhasiat jadi bahaya atau tidaknya tergantung dari isinya," kata Daeng, di Jakarta, Jumat (15/7/2016).
 
Menurut Daeng, sejauh ini berdasarkan penelitian Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), vaksin palsu yang beredar di masyarakat isinya bukan racun. Melainkan air biasa yang dikemas dalam botol vaksin.
 
"Badan POM, menurut laporannya itu air kalo memang air betul tidak berbahaya tetapi tidak berahasiat. Karena tidak berhasiat itu yang jadi masalah karena yang disuntik itu tidak terlindungi dari penyakit," ujar dia.
 
Namun demikian, dia meminta para orang tua tidak perlu khawatir. Sebab, bagi anak yang sudah melakukan vaksin dan ternyata palsu dapat dilakukan vaksin ulang.
Sebelumnya, Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Aman Bhakti Pulungan, mengatakan bahwa vaksin palsu yang sempat beredar di masyarakat tidak berdampak serius terhadap penerimanya.
 
Menurut dia, vaksin palsu itu berbahan dasar campuran cairan infus dan gentacimin (obat antibiotik) tersebut merupakan obat yang sudah biasa diterima oleh tubuh manusia.
 
"Iya memang, cairan infus itu kan sudah biasa dipakai oleh tubuh, antibiotik itu juga biasa dipakai oleh tubuh, ya reaksinya sih sangat minimal," ujar Aman beberapa waktu lalu.
 
Meskipun tidak berdampak serius, kata dia, bukan berarti tidak ada reaksi terhadap penerima vaksin. Menurut dia, reaksi tetap ada terhadap penerima vaksin jika penerima memiliki alergi.
 
Reaksi itu dapat terlihat. Namun, ia kembali menegaskan, reaksi tersebut tidak akan berdampak secara serius. "Kecuali dia (penerima) alergi, paling ya cuma bisa bengkak di tempat suntikan, bisa alergi, bisa gatal," tutur Aman.
 
Menurut Aman, dampak paling buruk yang akan terjadi pada penerima adalah adanya infeksi. Namun, infeksi yang diterima korban tidak berlangsung lama.
 
"Bisa infeksi kalau nggak steril. Tapi infeksi itu akan terjadi biasanya tidak lama. Maksudnya dalam beberapa waktu setelah itu akan terjadi infeksi, tentunya reaksinya itu nggak sampai lama bisa 2 hari sampai 1 minggu setelah vaksinasi itu," tutur Aman. [bbn/idc/psk]

Reporter: bbn/psk



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami