search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Pakar : Hindari Kasus " Bullying ", Terapkan Tat Twam Asi
Rabu, 19 Juli 2017, 10:48 WITA Follow
image

beritabali.com

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Beritabali.com, Denpasar. Pakar dunia pendidikan Bali yang Koordinator Kopertis Wilayah VIII Bali, NTB, NTT, Prof. Dr. I Nengah Dasi Astawa, mengatakan, kasus "bullying" di lingkungan sekolah atau kampus bisa dihindari dengan menerapkan ajaran Tat Twam Asi (engkau adalah aku dan aku adalah engkau).
 
Hal ini disampaikan Dasi, di Kampus STMIK Primakara Denpasar Bali, Selasa (18/7), saat dimintai komentarnya soal kasus "bullying" yang terjadi di kampus Gunadarma Jakarta.
 
"Pada prinsipnya, kita semua harus punya "human skill", punya penghargaan terhadap sesama manusia. Jika punya "human skill", kita tidak akan pernah menganggap manusia lainnya lebih rendah, semua sama ciptaan Tuhan. Semakin kita temui sahabat yang punya kebutuhan khusus, maka harus kita bantu, kewajiban bagi yang normal untuk membantu,"ujar Dasi.
 
Dasi berharap kasus "bullying" ini tidak terjadi di wilayah kerjanya selaku Koordinator Kopertis Wilayah VIII Bali, NTB, NTT. 
 
"Jangan sampai terjadi di wilayah saya, kembalikan ke ajaran Tat Twam Asi, kalau kamu diejek atau kamu mengejek orang, tentu sama-sama merasa marah, dikau adalah daku, daku adalah dikau,"ujarnya.
 
Terkait kasus "bullying" ini, Rektor Gunadarma Prof. Dr. E.S. Margianti, SE., MM, yang ditemui di Denpasar mengatakan, kasus yang menjadi ramai ini sebenarnya hanya bahan bergurau antara sesama mahasiswa. Pihaknya sudah mengumpulkan para orang tua mahasiswa. 
 
 
"Anak itu (yang dibully) kondisinya normal-normal saja, fotonya terlihat agak autis, tapi anaknya normal, dia sudah lolos tes kesehatan dan tes narkoba, IP (index prestasi) nya 3,07, sementara IP anak yang menggodanya justru lebih rendah yakni 2,9,"jelasnya.
 
Margianti mengaku kasus ini sudah diserahkan kepada pihak Kemensos maupun Kementerian Pendidikan. 
 
"Pihak keluarga sudah serahkan masalah ini ke kampus. Bahwa dia (korban bully) agak aneh, kita datanya ada, tapi kita belum terima data lengkap karena dia baru sementer satu. Ada sistem yang kita bisa lihat nanti, bagaimana recordnya. Tidak ada tuntutan kriminal, bahkan dalam kasus ini, pihak kampus Gunadarma yang merasa dibully. Di satu sisi, ini membangkitkan kepedulian kita terhadap anak berkebutuhan khusus,"ujarnya.[bbn/psk]

Reporter: -



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami