Vape VS Rokok, Mana yang Lebih Berisiko?
Sabtu, 23 Desember 2017,
08:12 WITA
Follow
IKUTI BERITABALI.COM DI
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, NASIONAL.
Universitas Catania di Italia menyebutkan bahwa konsumsi vape tidak menimbulkan risiko kesehatan serius dibandingkan dengan rokok biasa yang dikonsumsi dengan cara dibakar.
Riset tesebut menyebutkan bahwa konsumsi vape tidak menyebabkan masalah pada paru-paru, bahkan pada konsumen yang menggunakan rokok elektrik secara reguler, hal ini dilihat dari sisi fisiologis, klinis, ataupun inflamasi. Lebih lanjut, tidak ada perubahan yang berarti pada tekanan darah atau denyut jantung para penggunanya.
"Kami tidak menemukan bukti adanya masalah kesehatan, terkait penggunaan rokok elektrik dalam jangka panjang berdasarkan riset kami," kata Riccardo Polosa, Direktur Universitas Catania di Italia, seperti yang dikutip dari siaran pers yang diterima, Jumat (22/12/2017).
Laporan ini merupakan hasil studi selama 3,5 tahun dengan menyasar pengguna vape pada usia 23-35 tahun, serta menyasar sekelompok orang non-perokok lainnya dengan rentang usia yang sama. Para peneliti melakukan studi dari beberapa faktor kesehatan seperti tekanan darah, denyut jantung, berat badan, fungsi paru-paru, gejala pernafasan, nafas oksida nitrat, penghembusan karbon monoksida, dan tomografi resolusi tinggi pada paru-paru. Riset tersebut dipublikasikan di Jurnal Scientific Reports.
"Tidak ada temuan patologis yang dapat diidentifikasi pada tomografi resolusi tinggi pada paru-paru dan tidak ada gejala pernafasan yang dilaporkan secara konsisten pada pengguna rokok elektrik," tambah Polosa.
Studi dengan topik serupa juga sudah dilaksanakan di Indonesia oleh Yayasan Pemerhati Kesehatan Publik (YPKP) dan membuktikan bahwa vape sebagai produk tembakau alternatif membawa manfaat menekan risiko kesehatan. YPKP masih terus mensosialisasikan hasil riset ini ke masyarakat yang masih mengosumsi rokok yang dikonsumsi dengan cara dibakar.
Pendiri YPKP Prof Dr. Achmad Syawqie Yazid mengatakan, "Hasilnya, produk tembakau alternatif ini memiliki risiko kesehatan yang jauh lebih rendah dibanding rokok yang dikonsumsi dengan dibakar. Hal ini terjadi karena produk yang tidak dibakar dapat mengeliminasi TAR, racun berbahaya yang dihasilkan dari pembakaran tembakau dan sebagian bersifat karsinogenik".
Syawqie juga menyebutkan inovasi dari produk tembakau alternatif dapat menjadi solusi efisien untuk mengatasi masalah adiksi rokok. Konsep pengurangan risiko atau pengurangan bahaya (harm reduction) merupakan strategi ilmu kesehatan masyarakat yang bertujuan mengurangi konsekuensi negatif kesehatan dari sebuah produk atau perilaku.
"Saat ini, masih banyak penafsiran yang salah terkait produk tembakau alternatif seperti nikotin tempel, snus, vape, dan produk tembakau yang dipanaskan bukan dibakar, padahal, produk-produk tersebut telah terbukti secara klinis dapat menjadi alternatif untuk menekan dampak buruk dari rokok yang dikonsumsi dengan cara dibakar," tambahnya.
Reporter: bbn/net