Tema "Sundih" Bermakna Api Kecil Sebagai Penerang Kegelapan
Selasa, 3 Juli 2018,
13:30 WITA
Follow
IKUTI BERITABALI.COM DI
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Beritabali.com,Denpasar. Sekaa gong kebyar wanita Gita Manik Swari dari Desa Dawan Kaler, Kecamatan dawan menjadi duta Kabupaten Klungkung pada Pesta Kesenian Bali ke-40 Tahun 2018 di Panggung terbuka Ardha Candra, Denpasar, Senin (2/7) malam.
[pilihan-redaksi]
Untuk penampilan pertama Sekaa gong kebyar wanita Gita Manik swari menyajikan sebuah lelambatan tabuh pisan kreasi yang mengambil tema “ Sundih”. Lelambatan ini memiliki arti Sundih adalah api kecil yang memberikan penerangan atau pencerahan saat kita merasakan gelisah, takut saat berada di kegelapan.
Untuk penampilan pertama Sekaa gong kebyar wanita Gita Manik swari menyajikan sebuah lelambatan tabuh pisan kreasi yang mengambil tema “ Sundih”. Lelambatan ini memiliki arti Sundih adalah api kecil yang memberikan penerangan atau pencerahan saat kita merasakan gelisah, takut saat berada di kegelapan.
Dalam konteksnya, Lelambatan Sundih ini bermakna penyatuan semua unsur karakter yang dalam hal ini ditransformasikan ke dalam penyatuan berbagai unsur musikalitas, motif serta karakter gending yang diolah menjadi harmoni garapan yang indah, dengan sentuhan dinamis, melodis dan ritmis.
Kesatuan dalam keragaman unsur garap layaknya sebuah sinaran api yang indah dan cerah. Penata kerawitan lelambatan sundih tersebut adalah Lomang Pande Ary Wibawa, dan pembinanya adalah I ketut Astika, dan I Wayan astawan.
Dalam penampilan yang kedua Duta Kabupaten Klungkung menampilkan tarian berjudul Tari Nelayan. Tari nelayan ini merupakan tarian yang diciptakan oleh I Ketut Merdana yang berasal dari Buleleng pada tahun 1960. Tarian ini menggambarkan kehidupan masyarakat pesisir pantai yang kesehariannya dalam menangkap ikan, dengan gerakan tarian yang dilakukan seperti mendayung, melempar jala, tertusuk ikan dan lainnya yang menceritakan kehidupan nelayan yang menikmati kegiatanyya sehari-hari. Pembina tari ini adalah Ria andayani dana gung Putra Dalem dan untuk tabuh dibina oleh untuk Komang Pande Ary Wibawa, I Ketut Astika, Wayan Astawan.
[pilihan-redaksi2]
Untuk Tabuh Kreasi, Gita Manik Swari menampilkan tabuh berjudul “Kembang Ceraki”. Tabuh ini menceritakan indahnya alam ciptaan yang Maha Kuasa yang membuat kita bangga akan karunia yang dilimpahkan Nya, seperti tanaman bunga cantic yang disebut dengan “kembang ceraki”. Kembang ceraki adalah sebuah penafsiran dari seorang maestro seni pengrawit Bali yaitu Bapak I Nyoman Windha, yang dicipatkan pada tahun 1998 pada ajang PKB kala itu. Pembina tabuh dari tabuh ini ialah Komang Pnade Ary Wibawa, I Ketut Astika, dan I Wayan Astawan.
Untuk Tabuh Kreasi, Gita Manik Swari menampilkan tabuh berjudul “Kembang Ceraki”. Tabuh ini menceritakan indahnya alam ciptaan yang Maha Kuasa yang membuat kita bangga akan karunia yang dilimpahkan Nya, seperti tanaman bunga cantic yang disebut dengan “kembang ceraki”. Kembang ceraki adalah sebuah penafsiran dari seorang maestro seni pengrawit Bali yaitu Bapak I Nyoman Windha, yang dicipatkan pada tahun 1998 pada ajang PKB kala itu. Pembina tabuh dari tabuh ini ialah Komang Pnade Ary Wibawa, I Ketut Astika, dan I Wayan Astawan.
Sebagai penutup Gita Manik Swari menampilkan tarian kreasi Geni Smara. Tarian ini menceritakan tentang asmara yang tidak mengenal golongan, yang tak memandang siapa. Mata mampu menumbuhkan rasa, ketika saling menerima kekurangan, tak satupun dapat memisahkan.
Turut hadir menyaksikan Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta didampingi Ny. Ayu Suwirta, Ketua DPRD Klungkung I Wayan Baru, Sekda Gede Putu Winastra serta para Kepala Perangkat Daerah Klungkung yang memenuhi bangku undangan. Kehadiran rombongan orang nomor satu di Klungkung ini guna memberikan semangat para seniman Klungkung yang tampil menghadapi para seniman kabupaten Gianyar. Seusai pentas Bupati Suwirta berfoto bersama para penabuh dan penari dari Gita Manik Swari. (bbn/rlsklk/rob)
Berita Denpasar Terbaru
Reporter: -