Daya Kreativitas Pembuatan Penjor Galungan di Bali Saat Ini Terkesan Berlebihan
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Beritabali.com, Denpasar. Daya kreativitas dan inovasi dalam pembuatan penjor terkait hari raya Galungan di Bali saat ini dinilai terkesan berlebihan. Bagi beberapa pihak dianggap berlebihan, karena tampilannya telah melewati visualisasi penjor sebagai pelengkap upacara.
[pilihan-redaksi]
Demikian terungkap dalam sebuah artikel ilmiah berjudul “Fenomena Langgam Penjor Galungan pada Era Kekinian Bali” yang ditulis oleh I Wayan Mudra dari Institut Seni Indonesia Denpasar dan dipublikasikan dalam Jurnal Kajian Budaya, Volume 8, Nomor 2 tahun 2018.
Dalam penelitian yang menggunakan metode deskriptif kualitatif tersebut diungkapkan bahwa konstruksi penjor yang semakin kreatif dan inovatif, maka dapat diduga kemampuan ekonomi pemiliknya makin tinggi dan hasrat untuk menguasai ruang sosial melalui pembuatan penjor yang berbeda dan lebih baik di lingkungannya akan semakin tinggi.
Penjor kontemporer ini dapat dipakai sebagai symbol menunjukkan kekuasaan dan legitimasi identitas kelas sosial dari setiap individu dalam hubungan kemasyarakatan di Bali.
Dengan penjor yang mahal dan bagus, menunjukkan pemiliknya memiliki kuasa modal ekonomi yang lebih baik dibandingkan yang lainnya, sehingga dapat menunjukkan indentitas kelas sosialnya lebih tinggi dibandingkan yang lainnya.
Hasrat-hasrat yang tersembunyi di balik tampilan penjor kontemporer tersebut dapat dibaca sebagai presentasi hasrat yang hanya ingin memenuhi hawa nafsu dari seseorang supaya tampil berbeda dari kebanyakan orang.
Pada penelitian yang lebih difokuskan di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung selama 2016-2018 juga memberikan gambaran terjadinya peregeseran dalam masyarakat Bali. Pergeseran yang dimaksud adalah masyarakat terlihat lebih dominan membeli perlengkapan penjor dibandingkan dengan membuat sendiri, seperti zaman-zaman sebelumnya.
Perlengkapan penjor yang dimaksud adalah bagian-bagian tertentu dari penjor yang membentuk penjor, misalnya sampian penjor, tamiang dan endongan. Bahan utama dari penjor adalah sebatang bambu utuh yang ujungnya melengkung ke bawah.
Penjor yang dibuat untuk melengkapi upacara hari raya Galungan itu tampilannya telah mengalami inovasi bentuk, menjadi lebih meriah dengan berbagai macam pernak-perniknya sehingga ada yang menyebutnya sebagai penjor kontemporer.
Langgam penjor ini, dominan terkesan sebagai penjor untuk hiasan atau penjor yang cocok untuk dilombakan dan bukan untuk implementasi dari makna struktural penjor tersebut.
Visualisai penjor itu memberikan pesan bahwa keindahan menjadi bagian utama yang harus dimunculkan dalam proses kreatif ini dan nilai-nilai spiritual terkesan diabaikan akibat dominasi spiritual kontemporer dari pembuatnya.
[pilihan-redaksi2]
Akibatnya penjor itu terkesan hanya sebagai hiasan belaka tanpa mengusung makna realitas penjor sebagai bagian dari benda upakara.
Tampilan penjor seperti itu hanya sebagai ajang presentasi kreativitas seni dan untuk menunjukkan penguasaan identitas kelas dalam praktik budaya.
I Wayan Mudra menuliskan jika faktor tidak bisa membuat penjor itu sering dikemukakan masyarakat sebagai alasan mereka membeli perelengkapan penjor.
Masyarakat umumnya berkpikir praktis dan tidak mau repot dengan urusan membuat penjor yang dianggap rumit dan susah untuk membuatnya.
Fenomena ini menunjukkan bahwa kesibukan dan kurangnya keterampilan yang dimiliki masyarakat, dianggap sebagai faktor pendorong mereka membeli perlengkapan penjor yang sudah jadi.
Di samping itu masyarakat Bali saat ini telah memasuki masyarakat industri (sekunder) sekaligus juga masyarakat jasa (tersier) yaitu masyarakat yang jam kerjanya ditentukan oleh kantor tempat mereka bekerja [bbn/Jurnal Kajian Bali/mul]
Reporter: bbn/mul