Sejak Zaman Kolonial Bali Telah Dipromosikan Sebagai ''The Last Paradise''
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Beritabali.com, Denpasar. Sejak zaman colonial, Bali telah dipromosikan sebagai the island of thousand temples dan the Last Paradise.
[pilihan-redaksi]
Belanda saat itu mempromosikan Bali melalui lukisan kanfas dan foto-foto wanita Bali yang bertelanjang dada, serta tulisan-tulisan yang dibuat oleh para peneliti, wartawan dan fotografer tentang tinggalan-tinggalan arkeologis.
Demikian terungkap dalam sebuah artikel ilmiah berjudul “Paradigma Kepariwisataan Bali Tahun 1930-an: Studi Genealogi Kepariwisataan Budaya” yang dipublikasikan dalam Jurnal Kajian Bali Volume 06, nomor 02 tahun 2016. Artikel tersebut ditulis oleh I Made Sendra dari Fakultas Pariwisata Universitas Udayana.
I Made Sendra menuliskan Berkat promosi yang dilakukan oleh Belanda, maka Bali semakin diminati untuk dikunjungi oleh turis di Eropa dan Amerika. Wisatawan mancanegara mulai berdatangan untuk melihat langsung keunikan tradisi budaya, eksotisme alam pedesaan Bali, candi (pura) peninggalan arkeologis zaman Bali Kuno.
Pada tahun 1908 maskapai pelayaran kerajaan KPM (Koninklijke Plaketpaart Maatchappij) yang diberikan hak menopoli jalur pelayaran antarpulau di Hindia Belanda mendirikan Asosiasi Pariwisata Hindia Belanda (Vereeniging Toeristenverkeer in Nederlandsch Indie).
Organisasi ini membuka Biro Pariwisata (Official Tourist Bureau) yang berpusat di Jawa, bertugas untuk merintis kerjasama dengan biro perjalanan yang ada di Batavia (Jakarta) dan luar negeri. Official Tourist Bureau bertugas untuk mempromosikan Bali sebagai “Mutiara Kepulauan Nusa Tenggara”.
Pada tahun 1928, KPM membuka Bali Hotel di Denpasar. Pada tahun 1924 aksesibelitas wisatawan semakin lancar setelah dibukanya pelayaran mingguan antara Singapura, Batavia, Semarang dan Surabaya ke pelabuhan Buleleng di Singaraja dan ke Makassar.
Setelah mendarat di pelabuhan Buleleng para wisatawan menyewa mobil dan pemandu wisata menuju Denpasar melalui Tabanan dan menginap di Bali hotel.
Para turis mengikuti paket wisata perjalanan selama tiga hari. Paket ini dimulai dari hari Jumat setelah kapal yang ditumpangi wisatawan mendarat di pelabuhan Buleleng.
Para turis setelah menyewa mobil dan pemandu wisata berangkat menyusuri jalan pantai menuju Bubunan di barat Kota Singaraja. Mereka lalu membelok ke pesanggrahan Munduk.
Dari sini dengan menaiki kuda, mereka dapat melanjutkan perjalanan ke daerah sekitarnya, seperti ke danau Tamblingan dan Buyan. Pada sore hari, mereka melanjutkan perjalanan ke Denpasar melalui Tabanan dan menginap di Bali Hotel. Setelah makan malam, para turis disajikan acara kesenian tarian Bali.
[pilihan-redaksi2]
Pada hari Sabtu, para turis dapat memilih opsional tour berkunjung ke Museum Bali atau menonton pertunjukkan tarian dekat hotel. Setelah itu, para turis melanjutkan perjalanan menuju Desa Bedulu untuk melihat Goa Gajah.
Sebelum melanjutkan perjalanan ke Tampak Siring terlebih dahulu mereka singgah di Pura Penataran Sasih di Pejeng untuk melihat peninggalan nekara perunggu “Bulan Pejeng”.
Perjalanan dilanjutkan menuju ke Gunung Kawi (Tampak Siring) dan makan siang di Pesanggrahan Tirta Empul. Setelah itu, para turis diajak menuju Klungkung untuk melihat tempat pengadilan Kerajaan Klungkung Bangunan Kerta Gosa, lalu ke Kusamba untuk melihat Gowa Lawah, terakhir mereka balik ke Denpasar.
Pada hari Minggu pagi, para turis diantar ke Bangli untuk melihat Pura Kehen, kemudian menuju Kintamani untuk melihat pemandangan alam kaldera Gunung Batur.
Setelah makan siang di Pesanggrahan Kintamani, mereka kembali ke Singaraja dengan terlebih dahulu mengunjungi objek wisata, seperti Pura Desa di Kubutambahan dan Sangsit.
Pada Minggu sore harinya, mereka kembali naik kapal di pelabuhan Buleleng menuju ke Batavia atau Makassar. [bbn/Jurnal Kajian Bali/mul]
Reporter: bbn/mul