search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Penggunaan Bir Botol dalam Membuat "Banten Pajegan", Pantaskah?
Kamis, 16 Januari 2020, 08:10 WITA Follow
image

beritabali.com/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Foto "banten pajegan" (sesajen upacara agama) yang menggunakan sejumlah bir kemasan botol yang disusun rapi muncul di media sosial. Muncul pro kontra terkait foto ini. Pantaskan minuman bir botol atau minuman kaleng digunakan dalam membuat banten pajegan?

Dari penelusuran redaksi Beritabali.com, banten pajegan berisi bir kemasan botol ini digunakan untuk acara Nyambutin atau Tigabulanan di salah satu Banjar atau dusun di kota Negara, Jembrana. Pasca munculnya foto ini, terjadi pro dan kontra terkait pantas tidaknya minuman bir botol atau minuman kaleng digunakan dalam membuat banten pajegan. Ada yang tidak mempersoalkannya, namun ada yang menganggap hal itu tidak pantas.

Ni Luh Kade Yuliani Giri dalam sebuah artikel berjudul "Kritik Sosial Dalam Meme Bahasa Bali” yang merupakan salah satu proseding dari International Seminar Prasasti III : Current Research in Linguistics" tahun 2016, menyebutkan jika dalam pembuatan pajegan atau gebogan tidak hanya menonjolkan nilai estetik semata, namun juga fungsi dari sarana-sarana yang terdapat dalam pajegan itu sendiri. 

Menurutnya, penggunaan minuman kaleng (termasuk bir dalam botol) sebagai bagian dari penyusun banten Pajegan dinilai tidak pantas, karena minuman kaleng tidak termasuk dalam makanan atau minuman Satwika. Satwika adalah makanan atau minuman yang yang nantinya memberikan dampak positif terhadap jiwa dan raga manusia. 

Setiap komponen-komponen yang ada dalam gebogan mempunyai maknanya masing-masing. Penggunaan komponen dalam gebogan juga tidak boleh sembarangan. Semuanya sudah diatur dalam kitab suci. Termasuk di dalamnya adalah jenis makanan yang dipakai haruslah makanan yang satwika. 

Apabila dilihat dari segi kesehatan minuman ringan juga tidak baik untuk kesehatan karena mengandung pemanis buatan dan pengawet. Salah satu dampak yang sering muncul dari minuman ini adalah membuat perut menjadi kembung sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman pada salah satu anggota tubuh.

Ni Luh Kade Yuliani Giri menuliskan, walaupun sebenarnya Betara itu bukanlah manusia yang bisa merasakan sakit perut dan lain sebagainya, hendaknya makanan yang dipakai dalam gebogan harus mempertimbangkan dampaknya bagi tubuh. Mungkin pada tempat dan kesempatan lain, seperti pada saat pesta misalnya, minuman ringan (minuman bersoda) bisa saja disajikan.

Dalam frase gebogan modern mengisyaratkan bahwa modernisasi tidak bisa diterapkan dalam semua lini kehidupan manusia. Seperti halnya dalam komponen pembuatan gebogan. Minuman kaleng merupakan salah satu bentuk modernisasi dalam bidang pangan. Tetapi minuman jenis ini bukanlah tergolong sebagai makanan (minuman) satwika. Gebogan atau sering juga disebut sebagai pajegan di dalam konsep agama Hindu merupakan salah satu bentuk Yadnya.

Yadnya berasal dari bahasa sansekerta yang berarti persembahan yang tulus ikhlas. Gebogan pada umumnya terdiri dari buah, jajan, canang, dan beberapa unsur pelengkap lainnya. Dalam pembuatan gebogan tidak hanya menonjolkan nilai estetik semata, namun juga fungsi dari sarana-sarana yang terdapat dalam gebogan itu sendiri.

Reporter: bbn/tim



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami