search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
"Raja Buduh" Gede Yudana, Legenda Drama Gong Bali
Sabtu, 18 Januari 2020, 08:30 WITA Follow
image

beritabali.com/ist/facebook

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Di tengah fenomena munculnya "raja-ratu" dan "kerajaan" baru di Indonesia, ternyata Bali pernah punya "raja" yang merupakan legenda dunia seni Drama Gong Bali. Dia adalah  I Gede Yudana atau yang populer disebut "Raja Buduh"

Meski dalam lakon yang dimainkan dalam drama gong I Gede Yudana terkesan "buduh-buduhan" (tak waras) dan kerap mengundang tawa penonton, namun dalam kehidupan sehari-hari ia dikenal sebagai pribadi yang tegas, totalitas, perfeksionis, dan senang membantu orang. 

Ia sudah terkenal sejak era 1980-an ketika drama gong sedang jaya-jayanya. Salah satu yang melambungkan namanya adalah Drama Gong Bhara Budaya.Totalitas sebagai pemain drama gong dibuktikan Yudana dengan mendapatkan anugerah penghargaan peran pembantu terbaik se-Bali pada 1987 dan peran terbaik se-Bali pada lakon Bagus Bego 1998.

Semangat atau totalitas memerankan "Raja Buduh" di dramagong, juga dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Totalitas itu misalnya ia tunjukkan ketika mengurus Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Bali.

I Gede Yudana lahir di Ubung Denpasar 14 Januari 1945. Di luar panggung, selain sebagai pemilik Hotel Batukaru, Ubung, ia memang mengabdikan diri di Pencak Silat Bali. Ia pernah menjadi Ketua Harian Pengurus Provinsi Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Bali.

Di tahun 2007, Pencak Silat Bali meloloskan atletnya untuk tampil pada multievent terakbar empat tahunan Pekan Olahraga Nasional (PON). Ia pun mendampingi pada PON XVII/2008 Kaltim. Hasilnya para pendekar PON Bali di runner up cabor bela diri asli Indonesia ini. Pesilat Bali mendulang 3 medali emas, 5 perak, dan 5 perunggu.

Yudana yang sebenarnya sedang sakit, namun kecintaan terhadap pencak silat tak bisa dibendung. Yudana pernah pingsan di GOR pada saat mengawasi jalannya pertandingan pencak silat. Tepatnya pada saat Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Bali IX/2009 di Badung. Bahkan di saat jantung Yudana telah terdeteksi ring 2 dan sempat diperiksakan di Malaysia ia ingin melihat arena pencak silat. Yudana pun bercita-cita mendirikan sebuah padepokan pencak silat.

Pada 16 Januari 2010 sekitar pukul 21.30 Wita, Si "Raja Buduh" tutup usia di RSUP Sanglah. Ia meninggal dunia karena terserang penyakit komplikasi stroke, ginjal, gula, dan jantung.
 

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami