search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Rusia Mulai Beralih ke Kripto, Harga Bitcoin Terus Menguat
Rabu, 2 Maret 2022, 22:25 WITA Follow
image

bbn/ilustrasi/Rusia Mulai Beralih ke Kripto, Harga Bitcoin Terus Menguat.

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DUNIA.

Pada sesi perdagangan pagi hari ini, Rabu (2/3/2022), pasar aset kripto atau cryptocurrency masih melanjutkan penguatannya.

Tren penguatan ini seiring dengan anjloknya mata uang Rusia, rubel. Banyak investor memilih beralih dari rubel ke aset kripto. 

Pasalnya, meskipun memiliki volatilitas tinggi, kripto dinilai lebih tahan terhadap tensi geopolitik antar negara. Dengan adanya peralihan tersebut, kripto-kripto besar terpantau terus menguat. 

Bitcoin misalnya, kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar ini harganya menguat 2,21 persen pada sesi perdagangan pagi hari ke level 44.029 dollar AS, atau setara Rp 631,4 juta per keping. 

Bukan hanya bitcoin, peralihan menuju kripto juga turut mendongkrak kripto raksasa lainnya, ethereum. Pada sesi perdagangan pagi hari, ethereum masih menguat 0,5 persen ke level 2.926 dollar AS per keping. 

Lembaga penelitian Arcane menyatakan, sebenarnya sebagian besar orang lebih memilih untuk beralih ke kripto jenis tether ketimbang bitcoin. Pasalnya, tether dikenal dengan kripto yang stabil dengan harga setara 1 dollar AS. 

"Di tengah kondisi pasar saat ini, saya tidak kaget melihat investor, di Rusia setidaknya, mencari koin yang stabil. Ini adalah tentang bagaimana mereka menyelamatkan dana mereka, bukan investasi," ujar Kepala Riset Arcane, Bendik Schei, seperti dikutip CNN, Rabu.

Sebagaimana diketahui, berbagai sanksi yang dijatuhkan oleh "Negara Barat" kepada Rusia telah membuat nilai tukar mata uang rubel merosot. Bahkan, pada awal pekan ini, rubel sempat anjlok ke level 104 rubel per dollar AS. 

Selain itu, Uni Eropa telah membekukan aset bank sentral Rusia, dengan tujuan memutus akses pendanaan Rusia. Dengan dibekukannya aset bank sentral, Rusia tidak mampu mengakses aset dalam bentuk dollar AS untuk meredam dampak penurunan nilai tukar rubel. (sumber: kompas.com)

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami